Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Waspadai Pedagang Sahabat Iblis di Pasar, Ini Ciri-Cirinya

Reza Andrafirdaus , Jurnalis-Senin, 01 Februari 2021 |04:30 WIB
Waspadai Pedagang Sahabat Iblis di Pasar, Ini Ciri-Cirinya
Iblis banyak bersemayam di pasar dan menjadi sahabat bagi pedagang yang curang. (Foto:Freepik)
A
A
A

JAKARTA - Tafsir Surat Al Muthaffifiin gerada berkisah menyangkut ajaran moral kejujuran dalam berdagang. Pedagang yang curang akan masuk neraka.

"Neraka Wail (Celakalah) bagi orang-orang yang curang (dalam menakar dan menimbang)! (Yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dicukupkan, dan apabila mereka menakar atau menimbang (untuk orang lain), mereka mengurangi."(QS. Al Muthaffifiin 1-3)

Dalam kitab Tanbih al-Ghafilm, Imam Abu Laits as-Samarqandy menyampaikan suatu kisah ketika Rasulullah SAW bertemu iblis dan menanyakan tentang siapa saja yang menjadi sahabat iblis.

Baca Juga: 6 Adab Umat Muslim Saat Tidur, Waspada Jangan Lakukan Nomor 4

Dikutip dari buku Percikan Sains Dalam Al Quran: Menggali Inspirasi Ilmiah Oleh H. Bambang Pranggono,  Senin (1/2/2021), Iblis menjawab bahwa pedagang yang curang, at-tajir al-kha'm, merupakan satu dari sepuluh teman iblis, sedangkan pedagang yang jujur, at-tajir as-shadiq, adalah musuhnya.

Tafsir Al Jami'ul Ahkam al-Qurthuby mengungkap pernyataan Ibnu Abbas bahwa Wail adalah nama sebuah lembah di Jahanam yang mengalirkan nanah penduduk neraka. Praktik yang dinamakan muthaffifün ialah bila menimbang untuk dirinya dilebihkan dan bila menimbang untuk orang dikurangi.

Baca Juga: Jangan Mudah Share Foto, Berpotensi Kena Penyakit 'Ain

Esensinya ialah memakai dua takaran yang berbeda. Ini yang disebut standar ganda yang diancam masuk neraka Wail.

Sebetulnya, penerapan dua jenis ukuran saat ini berlangsung meluas. Hukuman yang berbeda bagi rakyat dan konglomerat. Pen- copet seribu rupiah babak belur dikeroyok massa, sedangkan koruptor 1 triliun dibiarkan leluasa ke luar negeri.

Bunga bank yang berbeda antara penabung dan peminjam. Denda tanpa ampun bagi peminjam yang terlambat mengangsur. Hadiah undian mobil mewah bagi pemilik deposito dengan nominal besar, tetapi sebaliknya denda bagi penabung yang saldonya kecil.

Sebenarnya, Surat Al Muthaffifin tadi berimplikasi jauh lebih luas, bukan sekadar ajaran moral. Secara teknis, dia menuntut adanya standardisasi ukuran sedunia.

Tìmbangan 1 kilogram (kg) di pabrik harus sama dengan 1 kg di pedagang eceran. Satu kilogram di Chicago harus sama dengan 1 kg di Cikaso. Berat suatu benda timbul akibat massa benda tadi ditarik oleh gravitasi yang mengarah ke pusat bumi (g), yang besarnya adalah 978 cm per detik kuadrat bila diukur di permukaan laut dan di khatulistiwa.

Tetapi bersamaan dengan itu juga dia terkena gaya sentrifugal akibat perputaran bumi, yang berlawanan dengan gravitasi tadi, yang semakin dekat ke kutub, semakin kecil. Akibatnya, benda dengan massa yang sama akan semakin berat bila tempat menimbangnya mendekati kutub utara maupun kutub selatan.

Juga berat benda itu akan berbeda bila ditimbang di ketinggian berbeda. Maka, 1 kg beras di Pontianak akan berbeda bila ditimbang lagi di lereng Gunung Fuji Jepang.

Masih ada lagi hal yang menyebabkan perbedaan besarnya gravitasi, misalnya kandungan isi bumi di bawah lokasi penimbangan. Jenis tanah dan batuan, adanya endapan mineral, garam tertentu, atau air dalam jumlah besar di bawahnya akan ikut mempengaruhi gravitasi yang selanjutnya tentu mempengaruhi timbangan.

Peta kontur anomali gruvitasi bouguer, yang menghubungkan titik-titik gravitasi yang sama, dibuat sebagai bahan untuk penghitungan yang sensitif. Nah, semua ini berarti bahwa ketika berdagang antarwilayah, antarpulau, dan antanegara, timbangan niscaya akan berbeda.

Bila tidak dikonversi dengan koreksi berdasar rumus standar, akan timbul selisih yang diancam Neraka Wail.

Seharusnya, orang Islam yang berinisiatif melakukan standardisasi ukuran panjang dan berat. Tetapi yang terjadi justru Kota Postdam, (kenapa bukan di Mekah?) yang dijadikan tempat standar pengukuran besarnya harga absolut gravitasi.

Padahal yang mengerti ancaman Neraka Wail adalah orang Islam. Lalu Sevres di dekat Paris, yang penduduknya tidak pernah membaca Surat Al Muthaffifiin, dijadikan tempat penyimpanan logam standar untuk ukuran panjang dan timbangan. Alat ukuran dan timbangan sedunia secara berkala harus dikalibrasi, dicocokkan dengan standar di sana.

Lembaga kalibrasi ukuran dan timbangan adalah badan yang hakikatnya merupakan implementasi Surat Al Muthaffifiin. Tanpa lembaga itu, setiap orang terancam Neraka Wail karena selalu adanya selisih timbangan dalam bisnis.

Ternyata, implikasi Surat Al Muthaffifiin cukup kompleks dan bersifat internasional. Islam memang agama yang disiapkan Allah untuk berlaku di seluruh dunia. (vitri)

(Rani Hardjanti)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita muslim lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement