JAKARTA - Mesir adalah bangsa Arab yang pertama kali mengakui Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Pengakuan itu disampaikan pada 22 Maret 1946. Kemudian ada juga Raja Media asal Palestina yang membantu perjuangan kemerdekaan Indonesia. Siapakah raja media asal Palestina tersebut?
Adalah Mohamed Ali Eltaher, orang Indonesia terbiasa menyebut Muhammad Ali Taher. Raja media dari Palestina punya peran yang tidak kecil dan ngak pernah basa-basi dalam membantu perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Muhammad Ali Taher lahir 1896 di Nablus, kota di Tepi Barat (West Bank) bagian utara, sekitar 49 kilometer utara Yerusalem, Palestina. Nablus, pada 72 M oleh kaisar Romawi Vespasianus dikenal dengan Flavia Neapolis, merupakan pusat perdagangan dan budaya Palestina.
Baca Juga: Jika Anak Anda Bertanya Soal Palestina Sampaikan 25 Informasi Penting Berikut Ini
Ayah Muhammad Ali Taher bernama Aref Eltaher dan ibunya Badieh Kurdieh. Muhammad Ali Taher merupakan salah satu dari tujuh bersaudara -tiga perempuan dan empat laki-laki. Keluarganya berasal dari marga Jaradat, yang tersebar di seluruh Palestina bagian utara. Termasuk keturunan Juhayna, salah satu marga terkenal di Arab Saudi.
Muhammad Ali Taher pindah ke Mesir pada Maret 1912, pertama kali tiba di Port Said sebelum menetap di Kairo. Memulai karier sebagai jurnalis di surat kabar Fata Al Arab yang berbasis di Beirut. Dia pernah menulis artikel yang memperingatkan niat gerakan Zionis untuk membangun negara Yahudi di Palestina.
Muhammad Ali Taher kemudian menerbitkan surat kabar miliknya sendiri dan semasa hidupnya punya tiga surat kabar, yaitu Ashoura, Al-Shabab, dan Al-Alam Al-Masri. Surat kabar Ashoura (Oktober 1924 – Agustus 1931) merupakan media utama milik Muhammad Ali Taher. (p. 60, @eltaher.org)
Sedangkan Al-Shabab terbit mulai Agustus 1931 sampai Januari 1937, menggantikan Ashoura yang dibekukan pemerintah Mesir. Adapun Al-Alam Al-Masri umurnya lebih pendek, April 1939 sampai Agustus 1939, karena pecah perang dunia kedua.
Pada 1953 Pemerintah Mesir di bawah kepemimpinan Jenderal Mohamed Naguib memberikan izin Ashoura untuk terbit kembali. Namun, Menteri Dalam Negeri sekaligus Wakil Perdana Menteri Mesir Kolonel Gamal Abdel Nasser tetap melarang penerbitan Ashoura. Sejak itu Muhammad Ali Taher tak punya media lagi.
Baca Juga: Ada Bang Onim di Palestina, Menlu Retno pun Minta Laporan Terkini Darinya
Sebelum menerbitkan surat kabar Ashoura, Muhammad Ali Taher membangun Kantor Informasi Arab Palestina dan Komite Palestina pada 1921 di Kairo, Mesir. Kantornya yang terletak di Jalan Abdelaziz 30, Ataba El-Khadra Square di pusat Kota Kairo, diberi nama Dar Ashoura. Kemudian pindah ke Gedung Manousakis di Jalan Ratu Nazli 119 yang lebih dikenal dengan Jalan Ramses. (p.6, @eltaher.org)
Setelah surat kabar Ashoura terbit pada 1924, kantor Dar Ashoura menjadi tujuan bagi mereka (tokoh) yang melarikan diri dari negerinya karena di bawah pendudukan kolonial atau diperintah rezim otoriter. Para politisi dan pencari suaka dari berbagai negara bisa datang dan biasa bertemu di “Dar Ashoura” tanpa harus membuat janji sebelumnya. Mereka semua tahu bahwa pintu kantor redaksi Ashoura buka selama 19 jam setiap hari, mulai pukul 7 pagi sampai 9 malam. (p. 14, @eltaher.org)
Dari laman eltaher.org disebutkan banyak tokoh Indonesia yang pernah berkunjung ke Dar Ashoura. Di antaranya Mohamed Rashidi dan Zein Hassan Lc Lt, ketika datang ke Mesir untuk mencari dukungan kemerdekaan Indonesia pada 1944. Setelah Indonesia merdeka, keduanya menjabat sebagai duta besar Indonesia untuk Mesir.
Baca Juga: Wafat Kena Bom Israel, Gadis Penghafal Alquran Ternyata Hendak Menikah Bulan Syawal Ini
Ada juga Menteri Luar Negeri Haji Agus Salim dan Wakil Presiden Mohammad Hatta, ketika berkunjung ke Mesir mereka dijamu di Dar Ashoura oleh Muhammad Ali Taher. Bahkan ada kisah unik diungkap eltaher.org, jauh sebelum Indonesia merdeka, ada seorang pemuda bernama Abdul Kahar Muzzakir –ditulis Abdulqahhar Muzzakar- datang ke Mesir untuk melanjutkan sekolah.
Ketika pemuda itu menghadapi kesulitan karena sedang berkecamuk perang, Muhammad Ali Taher yang menjaganya. Termasuk ketika menghadapi kendala dalam kuliah, Muhammad Ali Taher tak sungkan membantu dengan menemui Menteri Pendidikan di sana. Sampai akhirnya pemuda itu lulus kuliah dan kembali ke tanah air. (p. 15, @eltaher.org)
Bahkan Abdul Kahar Muzakkir ikut dalam General Islamic Conference di Yerusalem membahas perkembangan situasi di Palestina pada akhir Desember 1931 sampai awal Januari 1932. Ada sekitar 20 delegasi dari negara lain dan ketika itu Abdul Kahar Muzakkir disebutkan sebagai delegasi dari Indonesia.
Dengarkan Murrotal Al-Qur'an di Okezone.com, Klik Tautan Ini: https://muslim.okezone.com/alquran