Melansir lama Kisahmuslim pada Rabu (16/6/2021) disebutkan Anas bin Malik menceritakan pernikahan ibunya. Ia mengatakan:
“Sebelum memeluk Islam, Abu Thalhah mencoba melamar Ummu Sulaim. Ummu Sulaim berkata, ‘Sungguh aku tertarik padamu. Orang seperti Anda tak pantas untuk ditolak. Namun Anda seorang laki-laki kafir. Sedangkan aku seorang Muslimah. Kalau kau mau memeluk Islam, itulah mahar untukku. Aku tak meminta selain itu’. Abu Thalhah pun memeluk Islam, lalu kedunya menikah. Ummu Sulaim adalah wanita pertama yang menjadikan mahar pernikahannya berupa keislaman calon suami.
Ummu Sulaim radhiallahu ‘anha adalah wanita yang cerdas dan bijak. Hal itu terlihat dari bagaimana ia menenangkan suaminya saat terjadi musibah besar. Yaitu saat putra Abu Thalhah wafat. Ummu Sulaim berkata, “Jangan kalian kabarkan Abu Thalhah tentang berita ini. Aku saja yang memberi tahunya.”
Anak yang meninggal tentu bukanlah masalah ringan. Sadar akan hal itu, Ummu Sulaim membuat rencana. Mengalihkan sementara perhatian suami dari anaknya yang sedang sakit. Saat sang suami tiba di rumah, ia langsung jamu dengan makanan.
Saat suaminya makan, ia berdandan dengan minyak wangi. Berusaha menarik perhatian sang suami. Hingga keduanya berhubungan. Setelah suaminya tenang, ia ucapkan memberikan pengantar sebelum kabar duka disampaikan.
Ia berikan contoh sebuah pendekatan yang menunjukkan kecerdasannya,
“Wahai Abu Thalhah, sesungguhnya keluar Fulan meminjam sesuatu dari keluarga Fulan. Lalu yang meminjamkan mengutus orang untuk meminta barang tersebut. Mereka malah menolak untuk mengembalikannya.” Abu Thalhah berkata, “Mereka tak boleh berbuat seperti itu. barang pinjaman harus dikembalikan kepada yang punya.” Ummu Sulaim menimpali, “Sesungguhnya anakmu adalah pinjaman dari Allah. Dan Allah telah mengambilnya.” Abu Thalhah mengucapkan kalimat istirja’. Nabi dikabari tentang hal tersebut. Beliau mendoakan, “Semoga Allah memberkahi malam keduanya.”
Wanita-wanita di zaman Nabi terkadang turut serta dalam perang. Mereka bertugas sebagai perawat yang sakit. Jangan anggap remeh karena hanya sebagai perawat. Perawat di medan perang, tentu sangat membutuhkan keberanian.
Diriwayatkan oleh Ibnu Saad dengan sanad yang shahih, bahwa Ummu Sulaim membawa khanjar (semisal pisau) saat Perang Hunain. Abu Thalhah berkata, “Wahai Rasulullah, Ummu Sulaim membawa khanjar.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Untuk apa khanjar itu”? Ummu Sulaim menjawab, “Aku membawanya kalau-kalau ada seorang musyrik yang mendekat padaku. Akan kuhujamkan ini di perutnya.”
Dalam sebuah hadits, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan bahwa Ummu Sulaim termasuk penghuni surga. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
دَخَلْتُ الْجَنَّةَ فَسَمِعْتُ خَشْفَةً فَقُلْتُ: مَنْ هَذَا؟ قَالُوا: هَذِهِ الْغُمَيْصَاءُ بِنْتُ مِلْحَانَ أُمُّ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ
“Aku memasuki surga. Lalu kudengar ada derap langkah. Aku bertanya, ‘Siapa itu”? Mereka menjawab, ‘Itu adalah Ghumaisha binti Milhan ibunya Anas bin Malik’.” [Shahih al-Jami’ 3368].
Ummu Sulaim wafat di akhir tahun 40 H di masa pemerintahan Muawiyah bin Abu Sufyan radhiallahu ‘anhu.
(Vitrianda Hilba Siregar)