DISEBUT-sebut ada sahabat Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam yang dimakamkan di Barus, salah satu daerah pesisir di Tapanuli Tengah, Sumatera Utara. Barus sendiri selalu dikaitkan dengan daerah penghasil kapur barus sejak zaman peradaban kuno.
Barus sendiri dikenal sebagai kota tua dan pintu masuknya ajaran agama Islam di Indonesia. Pada 24 Maret 2017, Presiden Joko Widodo meresmikan tugu titik nol pusat peradaban Islam Nusantara di Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara.
Baca juga: Barus, Titik Nol Peradaban Islam di Nusantara
Dalam literatur sejarah disebutkan bahwa Islam di Indonesia pertama kali hadir di Barus. Ini dibuktikan dengan adanya makam tua di areal pemakaman Mahligai, Barus, pada abad ke-7.
Di batu nisannya tertulis Syaikh Rukunuddin wafat tahun 672 Masehi atau 48 Hijriah. Ini menguatkan adanya komunitas Muslim pada masa itu.
Sebelum kelahiran Nabi Muhammad Shallallahu 'alihi wasallam pada 571 Masehi (Tahun Gajah), Barus sudah dikenal dan menjadi jalur pedagangan para saudagar-saudagar dari berbagi penjuru dunia.
Bahkan pada masa Firaun (Raja Mesir) atau sekira 7.000 tahun lalu, mereka datang ke Barus untuk mengambil kapur barus sebagai pengawet dan memumikan jasad para Firaun Mesir yang meninggal agar awet.
Baca juga: Islam Masuk ke Indonesia Pertama Kali Ada di Barus Tapanuli Tengah
Kafur Disebut dalam Alquran
Dalam Alquran Surat Al Insan Ayat 5 akan ditemukan istilah "kapur" (كَافُوۡرً). Kata kapur ini diidentikkan dengan pohon yang tumbuh di hutan Sumatera. Lebih populer dengan sebutan kapur barus atau kanver, dzat putih beraroma sangat wangi.
Orang-orang Arab Quraisy dulu mengenal kapur barus sebagai salah satu rempah yang memiliki banyak manfaat. Mereka menyebutnya dengan istilah "kaafur". Dalam bahasa Arab Quraisy ini kemudian dipakai untuk menyampaikan wahyu Ilahi dalam Surat Al Insan Ayat 5:
اِنَّ الۡاَبۡرَارَ يَشۡرَبُوۡنَ مِنۡ كَاۡسٍ كَانَ مِزَاجُهَا كَافُوۡرًاۚ
Innal abraara yasyri buuna min kaasin kaana mizaa juhaa Kaafuuraa.
Artinya: "Sungguh, orang-orang yang berbuat kebajikan akan minum dari gelas (berisi minuman) yang campurannya adalah air kafur." (QS Al Insan Ayat 5)
Jika merujuk tafsir ayat ini, kata "kaafura" yang dimaksud adalah mata air dalam surga yang diminum oleh hamba-hamba Allah yang taat. Air kafur ini lebih menyegarkan dan menambah aroma lebih sedap. (tafsir Kemenag)
Namanya memang serupa dengan kapur yang ada di dunia. Namun kata "Kafur" yang ada pada ayat di atas menggambarkan air kapur akhirat atau kapur surga yang wanginya tentu berlipat ganda, lebih harum dari kafur yang ada di dunia. Wallahu a'lam.