Abu Nawas pun memegang tongkatnya. Begitu pula sebaliknya si buta juga meraba tongkat Abu Nawas untuk membuktikan bahwa mereka adalah sama orang buta.
"Kalau begitu, kita senasib. Saudara, bagaimana kalau kita mencari rezeki bersama-sama?" ajak Abu Nawas.
Orang buta itu pun menyetujui ajakan Abu Nawas. Mereka berjalan bersama-sama sebagai sesama orang buta.
Di tengah perjalanan, Abu Nawas berpura-pura mau pipis dan meminta tolong si buta agar pundi-pundinya yang penuh berisi uang dipegangkan dahulu dengan baik-baik.
Sementara Abu Nawas pura-pura pipis, ia terus memerhatikan tingkah laku si buta. Kemudian si buta meraba-raba pundi-pundi itu dan hatinya mulai tergoda untuk memiliki isinya.
"Wah pundi-pundi banyak sekali isinya. Lebih baik aku mengambilnya lalu pergi. Pasti ia tidak bisa mencariku karena ia juga buta," pikir si buta tersenyum.
Lalu ia meninggalkan Abu Nawas dan mencari tempat persembunyian agar tidak ditemukan. Dalam situasi demikian, Abu Nawas berpura-pura mencari si buta dan meminta pertolongan kepada Allah Subhanahu wa ta'ala.
"Ya Allah, malang benar nasib hamba. Tadi ditabrak orang, sekarang uang hamba dilarikan orang. Sial benar hamba. Ya Allah, semoga orang yang mengambil uang hamba terkena lemparan batu ini tepat pada tulang keringnya. Biar tahu rasa dia," ujar Abu Nawas.
Setelah itu dengan jitu Abu Nawas melempari si buta dan persis kena tulang keringnya. "Aduh, aku kena," gumam si buta meringis kesakitan.
Hal ini membuat si buta kelabakan. Ia segera beranjak mencari lagi tempat persembunyian untuk menghindari Abu Nawas. Akan tetapi, Abu Nawas yang pura-pura buta mengikuti si buta ke mana pun pergi.
Setelah dekat, Abu Nawas memohon lagi kepada Allah Subhanahu wa ta'ala. "Ya Allah, semoga orang yang mengambil pundi-pundiku terkena lagi lemparan batu pada kepalanya," ujar Abu Nawas.