Sejarah Kota Yatsrib Berubah Jadi Madinah, Tanah Suci Setelah Makkah
Penyematan nama tersebut tidak lain menyesuaikan dengan visi dan misi Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam yang ingin membangun Madinah sebagai kota peradaban. Tidak hanya sebagai pusat perdagangan seperti awalnya, namun pendidikan hingga perkembangan serta memperdalam agama pun ada di kota ini.
Kemudian setelah wafatnya Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam, perjuangan membesarkan Kota Madinah dilanjutkan oleh tiga khalifah yaitu Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, dan Utsman bin Affan.
Namun pada masa Ali bin Abi Thalib pemerintahan dipindahkan ke Kota Kufah di Irak karena terjadi gejolak politik akibat terbunuhnya khalifah Utsman oleh kaum pemberontak.
Sementara pada masa Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam, mulanya penduduk Kota Madinah adalah orang-orang beragama Islam, dan adapun orang Yahudi dilindungi keberadaannya. Akan tetapi karena terjadi pengkhianatan terhadap penduduk Madinah ketika Perang Ahzab, maka kaum Yahudi diusir ke luar Madinah.
Hingga kini penduduk Madinah seluruhnya adalah Muslim. Non-Muslim dilarang masuk ke wilayah ini. Aturan tersebut juga telah diatur oleh Pemerintah Kota Madinah. Sebab, kota ini merupakan kawasan suci kedua setelah Makkah.
Tidak hanya itu saja, Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam pun sangat memuliakan Madinah. Rasulullah bersabda:
وَاللَّهِ إِنَّكِ لَخَيْرُ أَرْضِ اللَّهِ وَأَحَبُّ أَرْضِ اللَّهِ إِلَى اللَّهِ وَلَوْلاَ أَنِّي أُخْرِجْتُ مِنْكِ مَا خَرَجْتُ
Artinya: "Demi Allah! Sesungguhnya kamu merupakan bumi Allah yang terbaik, tempat yang paling dicintai oleh Allah. Seandainya aku tidak diusir darimu niscaya aku tidak akan keluar darimu." (HR At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
