Berikut cara menghindari riba agar tidak berdosa, seperti dipaparkan dai muda asal Yogyakarta Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal M.Sc:
1. Berilmu dulu sebelum membeli
Dalam bertindak, Islam selalu mengajarkan berilmulah terlebih dahulu. Dalam masalah ibadah, Islam mengajarkan hal ini agar amalan seseorang tidak sia-sia.
Dalam muamalah pun demikian. Sebab jika tidak diterapkan, bisa terjerumus dalam sesuatu yang diharamkan.
Misalnya seorang pedagang, hendaklah paham seputar hukum jual beli. Jika tidak memahaminya, bisa jadi dia memakan riba atau menikmati rezeki dengan cara yang tidak halal. 'Ali bin Abi Thalib mengatakan:
مَنْ اتَّجَرَ قَبْلَ أَنْ يَتَفَقَّهَ ارْتَطَمَ فِي الرِّبَا ثُمَّ ارْتَطَمَ ثُمَّ ارْتَطَمَ
"Barang siapa yang berdagang namun belum memahami ilmu agama, maka dia pasti akan terjerumus dalam riba, kemudian dia akan terjerumus ke dalamnya dan terus menerus terjerumus."
Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu juga berkata:
لَا يَتَّجِرْ فِي سُوقِنَا إلَّا مَنْ فَقِهَ أَكْلَ الرِّبَا
"Janganlah seseorang berdagang di pasar kami sampai dia paham betul mengenai seluk beluk riba." (Lihat Mughnil Muhtaj, 6: 310)
Hal di atas bukan hanya berlaku bagi penjual atau si pedagang, namun berlaku juga untuk pembeli. Pembeli pun harus tahu seluk beluk jual beli sebelum bertindak. Sedikit sekali nasabah perkreditan rumah, mobil atau motor yang mengetahui bagaimanakah hakikat sebenarnya jual beli kredit yang mereka lakukan.
Awalnya rumah tersebut ditawarkan oleh pihak A, namun urusan pelunasan nantinya di bank perkreditan. Ini hakikatnya bisa jadi transaksi riba atau menjual barang yang belum dimiliki secara sempurna.
Jika menilik transaksi tersebut, pihak perkreditan pada hakikatnya memberikan pinjaman kepada kita yang ingin membeli rumah, lalu mereka meminta kita mengembalikan pinjaman tadi secara berlebih. Padahal para ulama sepakat, "Setiap utang yang ditarik keuntungan, maka itu adalah riba."
Coba dari awal si nasabah atau si pembeli tadi mengetahui pengertian riba dan berbagai macam bentuk riba. Lalu saat ini perlu sekali setiap orang mendalami hakikat riba karena riba makin diakal-akali dengan nama yang terlihat syari. Minimal, banyaklah bertanya kepada para ulama yang lebih berilmu sehingga selamat dari riba hingga debu-debunya.