CERITA Abu Nawas kali ini bermula ketika Baginda Raja Khalifah Harun Al Rasyid hendak memastikan perekonomian rakyat berjalan lancar menjelang hari raya Idul Fitri. Ia pun memerintahkan Menteri Perdagangan Al Mukarrom Syekh Abdillah Ihsanuddin Al Samarqandi memantau pasar.
Baginda Raja minta agar sang menteri mengecek bahwa semua kebutuhan pokok masyarakat tersedia, mulai yang terbesar hingga terkecil. Satu saja bahan pokok tidak ada di pasar, maka itu akan jadi "gorengan" politik sampai pelosok desa bahwa Raja tidak becus memimpin Baghdad.
"Pastikan gula tersedia di pasar, harga garam murah, gandum tidak kurang. Pokoknya Anda cek semua kebutuhan pokok masyarakat," titah Baginda Raja kepada Menteri Ihsanuddin seperti dikisahkan dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta KH Helmi Hidayat, dikutip dari laman Laduni, Selasa (22/8/2023).
"Satu lagi, sekarang menjelang Lebaran, jangan cuma pasokan daging yang dikontrol, tapi kulit ketupat juga. Barang murah biasanya diremehkan. Nanti orang bilang, kulit ketupat yang murah saja tidak ada, apalagi daging!" imbuh Baginda Raja.
"Baik, Baginda Raja," jawab sang menteri.
Keluar dari istana, menteri langsung memanggil staf ahli negara yakni Abu Nawas untuk membantunya mengecek pasar. Ia memerintahkan pujangga cerdas yang dikenal loyal kepada Baginda Raja ini untuk mengecek pasar dengan asumsi tidak mungkin memberi laporan palsu.
Menteri meminta Abu Nawas mengecek pasar dan mendata semua yang ada di sana. "Pastikan semua kebutuhan pokok rakyat tersedia dan tidak ada yang menimbun barang," pintanya.
Alangkah bahagianya Abu Nawas ketika berada di pasar. Dia melihat semua kebutuhan rakyat tersedia. Rakyat gembira di bawah kepemimpinan Baginda Raja.
Gula menumpuk, garam tersedia, gandum murah, daging apa saja ada, pokoknya Baghdad di bawah Baginda Raja benar-benar mecerminkan kemakmuran.
Abu Nawas juga mengecek kulit ketupat sesuai pesan menteri. Benar juga, jika kulit ketupat saja tidak ada di pasar, bagaimana dengan kapulaga dan bawang bombai?
Dengan wajah ceria, Abu Nawas kembali ke istana menteri untuk melaporkan hasil surveinya. "Wah, Baghdad tersenyum di bawah kepemimpinan Khalifah Harun dan Menteri Ihsanuddin," jelasnya, "Semua kebutuhan pokok tersedia."
"Garam? Gandum? Gula?" tanya Ihsanuddin untuk menambah keyakinannya.
"Ada," jawab Abu Nawas lagi.
"Daging?" tanya menteri makin penasaran.
"Banyak. Semua halal," ucap Abu Nawas meyakinkan menteri.
"Kulit ketupat? Ingat ini musim Lebaran?" kata menteri kembali bertanya.
"Nah, kulit ketupat sudah saya cek di semua pasar. Kulit ketupat kosong," ungkap Abu Nawas.
Mendengar jawaban Abu Nuwas, Menteri Ihsanuddin kaget luar biasa. Tanpa bertanya lagi dia bergegas menuju istana dan menyampaikan laporannya agar Baginda Raja senang.
"Baginda, ada kabar baik, ada kabar buruk. Baginda mau dengar yang mana dulu?" ucap menteri.
"Apa kabar baiknya?" tanya Baginda Raja.
"Semua kebutuhan pokok tersedia di pasar," jawab menteri.
"Kabar buruknya?" tanya lagi Baginda Raja dengan penuh rasa penasaran.
"Kabar buruknya, hanya kulit ketupat yang tidak ada di pasar. Entah hilang dari pasaran atau ada yang menimbun," kata menteri yakin.
Mendengar jawaban menterinya, Baginda Raja mengerahkan serdadunya untuk menebang pelepah kurma sebanyak mungkin lalu membuat kulit ketupat ramai-ramai. Ia ingin membanjiri pasar dengan kulit ketupat agar para penimbun kulit ketupat kecele dan rugi besar.
Tapi, Baginda Raja tidak puas. Dia langsung terjun ke pasar hari itu juga mengecek kebutuhan pokok. Betapa kaget Raja karena di pasar ternyata banyak orang menjual kulit ketupat.
"Bagaimana ini, pak menteri? Di pasar ternyata banyak kulit ketupat dijual?" tanya Baginda Raja keheranan.
Menteri Ihsanuddin juga kaget. "Tapi tadi kata Abu Nawas di semua pasar kulit ketupat hilang, tidak ada di pasaran," jelasnya terbata-bata.
Dia lalu berteriak memanggil Abu Nuwas. "Abu Nuwas, tadi kamu bilang kulit ketupat tidak ada, hilang dari pasaran, bagaimana ini kok ternyata banyak?" tanya menteri dengan nada emosi.
"Benarkah itu?," tanya Baginda Raja sambil memandang tajam Abu Nawas.
Pujangga Baghdad ini dengan tenang mengambil beberapa kulit ketupat dari pedagang, lalu menyerahkannya kepada Menteri Ihsanuddin dan Baginda Raja.
"Silakan pencet, tuan-tuan," kata Abu Nuwas dengan suara merendah.
"Apa maksudmu?" tanya Baginda Raja.
"Apakah semua kulit ketupat itu kosong?" tanya balik Abu Nawas.
"Ya benar, semuanya kosong," jawab Baginda Raja dan menteri berbarengan.
"Nah, itulah yang tadi saya sampaikan kepada menteri. Tadi saya katakan, di semua pasar, kulit ketupat kosong. Lalu salah saya di mana?" tegas Abu Nawas menjelaskan.
"Abu Nawaaaaaaaassss," teriak Menteri Ihsanuddin.
Wallahu a'lam bisshawab.
(Hantoro)