Semua ini menunjukkan bahwa logam besi tidak terbentuk di bumi, melainkan kiriman dari bintang-bintang yang meledak di ruang angkasa melalui meteor-meteor dan "diturunkan ke bumi". Persis seperti dinyatakan dalam ayat Alquran.
Inti besi sebagai perisai medan magnet bumi fakta selanjutnya, sabuk radiasi yang membentuk energi tinggi terdiri dari proton dan elektron, mengelilingi ribuan kilometer di atas bumi, diberi nama Sabuk Van Allen.
Sabuk ini melindungi bumi dan isinya dari ledakan dahsyat energi matahari yang terjadi setiap 11 tahun sekali yang disebut solar flares. Ledakan dahsyat ini bila tidak ditahan di angkasa dapat menghancurkan semua kehidupan di bumi dengan kekuatan setara 100 juta bom atom Hirosima. Perlindungan juga didapat dari serangan badai kosmis yang membahayakan umat manusia.
Sabuk ini terbentuk dari inti bumi yang besar, yaitu terdiri dari besi dan nikel. Keduanya membentuk medan magnet yang besar, yaitu tidak dimiliki oleh planet lain kecuali Planet Merkurius dengan radiasi yang lebih lemah.
Dari sini mungkin kita paham mengapa besi menempati salah satu judul surah di dalam Alquran. Inti besi tadi dan nikel "melindungi makhluk bumi" berupa perisai elektromagnetik dengan "kekuatan yang hebat". Namun yang terpenting Alquran ingin menunjukkan kepada manusia bahwa besi tidak dapat diproduksi di bumi, besi langsung diturunkan dari langit untuk dimanfaatkan oleh manusia.
Elemen berat besi, FE-57 dan Al Hadid surat ke-57, karakter selanjutnya berhubungan dengan elemen kimia dalam tabel periodik. Manusia tidak mungkin menafsirkan 'surah besi' tanpa "membedah" elemen kimia besi.
Berikut karakteristiknya yang berhubungan dengan kata Al Hadid tanpa mengenal sifat-sifat besi. Manusia tidak akan mengetahui "keindahan" surah besi ini yang diletakkan pada nomor 57.
Secara ilmiah unsur besi mempunyai empat isotap, yaitu 54, 56, 57, dan 58. Lalu yang stabil ada tiga yaitu 56, 57, dan 58. Dari ketiganya isotop 57 adalah satu-satunya yang punya nuclear spin. Uniknya ini sesuai dengan urutan Al Hadid (besi) yang merupakan surah ke-57.
Kata "besi" dalam Alquran disebut 90 kali dalam enam ayat berbeda. Salah satu keterangan menarik dari hal yang menarik lainnya adalah penjelasan yang berhubungan dengan "rahasia" Dzulkarnain pada surat Al Kahfi (18) Ayat 96 yang artinya berarti "gua". Ayat tersebut berkisah tentang "pintu besi" yang dibangun oleh Dzulkarnain "di antara kedua puncak gunung". Suatu saat akan hancur ketika kiamat telah dekat.
Cara Mengolah Besi
Alquran tidak hanya menjelasakan dari mana besi berasal, namun juga bagaimana cara mengolahnya. Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman dalam Surah Al Kahfi Ayat 96 dan QS Saba Ayat 10:
آتُونِي زُبَرَ الْحَدِيدِ ۖ حَتَّىٰ إِذَا سَاوَىٰ بَيْنَ الصَّدَفَيْنِ قَالَ انْفُخُوا ۖ حَتَّىٰ إِذَا جَعَلَهُ نَارًا قَالَ آتُونِي أُفْرِغْ عَلَيْهِ قِطْرًا
"Berilah aku potongan-potongan besi. Hingga apabila besi itu telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah Dzulkarnain: 'Tiuplah (api itu).' Hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah seperti) api, dia pun berkata: 'Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar aku tuangkan ke atas besi panas itu'." (QS Al Kahfi (18): 96)
وَلَقَدْ آتَيْنَا دَاوُودَ مِنَّا فَضْلًا ۖ يَا جِبَالُ أَوِّبِي مَعَهُ وَالطَّيْرَ ۖ وَأَلَنَّا لَهُ الْحَدِيدَ
"Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud kurnia dari Kami. (Kami berfirman): 'Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang bersama Daud', dan Kami telah melunakkan besi untuknya." (QS Saba (34): 10)
Salah satu teknik mengolah besi ialah dipanaskan hingga mendidih atau menjadi bara, lalu baru bisa dibentuk sesuai keinginan. Lagi-lagi proses ini 100 persen persis dengan apa yang disebutkan dalam Al Quran. Uniknya Alquran menjelaskan bahwa cara ini sudah dipakai beradab-adab jauh sebelum para sains modern seperti sekarang ini.
Allah Subhanahu wa ta'ala sudah menjelaskan segala bidang ilmu secara terperinci yang tetulis dalam kitab suci Alquran, pedoman hidup paling utama, sumber ilmu yang sungguh luar biasa yang bisa manusia pelajari. Sungguh besar kuasa Allah Ta'ala dengan segala ke maha besar-Nya.
Wallahu a'lam.
(Hantoro)