ABU Nawas mendengar raja bengis nan kejam bernama Timur Lenk menjajah seluruh negeri Asia Tengah. Dia dan ribuan pasukannya tidak segan-segan menghancurkan siapa saja yang berani melawan.
Raja Timur Lenk dan pasukannya berencana menyerang Kota Baghdad, negeri tempat tinggal Abu Nawas. Hal ini membuat semua warga ketakutan, termasuk Abu Nawas sendiri, sebab Raja Timur Lenk dan pasukannya terkenal sadis serta kejam.
Beberapa bulan kemudian terdengar kabar bahwa Raja Timur Lenk beserta pasukan akan memasuki Kota Baghdad. Abu Nawas selaku orang yang ditokohkan di sana segera mengajak masyarakat berkumpul di alun-alun. Lantas ia naik ke atas mimbar dan berpidato di depan khalayak ramai.
"Mari kita semua berdoa supaya pasukan Raja Timur Lenk ditimpa musibah angin topan yang dahsyat sehingga mereka semua menjadi binasa," kata Abu Nawas seperti dilansir kanal YouTube Humor Sufi Official.
Semua warga yang kala itu berkumpul di alun-alun serempak menjawab "aamiin" dengan lantang. Tiba-tiba seorang pria berdiri dan bertanya kepada Abu Nawas, "Apakah engkau pernah melihat tentara Raja Timur Lenk?"
"Belum pernah, dan aku juga belum pernah melihatmu sebelumnya. Sepertinya kau bukan orang sini," jawab Abu Nawas.
"Benar, aku memang bukan orang sini, karena aku adalah panglima tentara Raja Timur Lenk," ujar orang itu.
Sontak Abu Nawas terkejut, begitu pula penduduk kota. Mereka tidak menyangka bahwa pasukan Raja Timur Lenk sudah memasuki daerahnya.
Tapi dengan tenang Abu Nawas melanjutkan pidatonya. "Mari kita berdoa sekali lagi. Kali ini untuk jenazah kita."
Mendengar hal itu membuat panglima tentara Raja Timur Lenk menjadi heran. "Kenapa berdoa untuk jenazahmu sendiri? Dasar bodoh. Orang mati itu didoakan oleh orang yang hidup," ujarnya.
"Tuan benar, tapi bukankah kami semua akan mati diserang pasukan tuan? Sedangkan kami tidak tahu apakah akan ada di antara kami yang hidup untuk mendoakan jenazah kami? Jadi selagi kami masih hidup, kami berdoa untuk jenazah kami nanti," balas Abu Nawas.
Panglima tentara Raja Timur Lenk tertawa terpingkal-pingkal mendengar kelucuan Abu Nawas. Dia mengatakan bahwa dirinya dan pasukannya tidak akan menyerang negeri Abu Nawas, justru sebaliknya akan memberikan hadiah seekor gajah.
Para penduduk pun lega mendengarnya. Mereka berterima kasih kepada Abu Nawas karena telah menyelamatkan.
Namun, permasalahan lain muncul. Kehadiran gajah tersebut membuat penduduk desa resah, sebab memakan banyak hasil panen. Penduduk negeri pun mengadukan ini kepada Abu Nawas.
"Bagaimana ini Abu Nawas? Apa yang harus kita lakukan? Kita tidak mungkin membunuh atau menjual gajah itu, bisa-bisa panglima tentara Raja Timur Lenk akan murka," tutur salah seorang warga.
Mereka semua menyalahkan Abu Nawas dan menuntut agar mengembalikan hadiah itu. "Aku setuju dengan usulan kalian, tapi dengan satu syarat, kalian semua harus menemaniku saat menghadap sang panglima," ujar Abu Nawas.
Para penduduk desa pun sepakat dengan keputusan Abu Nawas. Sesampainya di sana ada ribuan pasukan yang sedang berkumpul dan terdapat ratusan tenda berdiri di tengah lapangan.
Abu Nawas sempat dicegah oleh salah satu prajurit, tapi akhirnya diperbolehkan menghadap panglima. Tanpa Abu Nawas sadari ternyata penduduk desa yang menemaninya memilih kabur meninggalkannya.
Mereka takut dibunuh bila sampai usulannya membuat panglima menjadi marah dan murka. Lalu nahasnya lagi saat itu panglima sedang dalam suasana hati yang buruk.
"Mau apa datang kemari?" bentak panglima.
"Ini tentang gajah yang tuan berikan," jawab Abu Nawas gemetaran.
"Memangnya kenapa? Apakah hadiahku tidak berguna?" tanya panglima.
Abu Nawas menjadi ketakutan. Ia lalu menengok ke belakang dan ternyata penduduk telah meninggalkan dirinya.
Dikarenakan merasa dibohongi, Abu Nawas pun menjadi jengkel. Ia lalu memikirkan jalan keluar sekaligus balas dendam kepada penduduk negerinya.
Kira-kira jawaban apa yang harus ia katakan supaya panglima tentara Raja Timur Lenk tidak marah? Akhirnya Abu Nawas pun menemukan ide cerdas.
"Begini tuan, hamba perhatikan gajah pemberian tuan terlihat sedih, mungkin karena tidak ada pasangannya, apakah tuan punya gajah betina untuk dijadikan pasangannya?" ucap Abu Nawas.
"Oh itu. Baiklah sekarang juga akan aku kirim gajah betinanya," jawab panglima.
Abu Nawas kemudian undur diri pamit pulang. Dia pun pulang dengan senang karena mendapat hadiah lagi seekor gajah. Kini dia menjadi punya dua gajah.
Allahu a'lam.
(Hantoro)