Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Jelang Akhir Tahun, Umat Islam Diimbau Bermuhasabah dan Bertawakal kepada Allah

Rahman Asmardika , Jurnalis-Senin, 29 Desember 2025 |12:59 WIB
Jelang Akhir Tahun, Umat Islam Diimbau Bermuhasabah dan Bertawakal kepada Allah
Ilustrasi. (Foto: Freepik)
A
A
A

YOGYAKARTA — Menjelang berakhirnya tahun 2025, umat Islam diimbau untuk melakukan muhasabah atau evaluasi diri atas kehidupan dalam satu tahun terakhir. Muhasabah sesuai dengan tuntunan Islam agar manusia tidak lalai dalam menjalani kehidupan.

Anggota Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Miftahulhaq, mengingatkan bahwa berbagai hal yang dijalani manusia dalam perjalanan hidupnya di tahun ini merupakan bagian dari takdir Allah SWT. Sebagai umat Islam, kita wajib meyakini bahwa apa yang digariskan oleh Allah SWT adalah takdir terbaik.

“Bagian dari keimanan kita adalah meyakini bahwa apa pun yang telah Allah gariskan dalam kehidupan setahun ke belakang adalah takdir terbaik,” ujarnya dalam khutbah di Masjid KH Ahmad Dahlan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), sebagaimana dilansir dari laman resmi Muhammadiyah.

Ia menekankan bahwa keyakinan terhadap takdir harus diiringi dengan sikap introspektif. Muhasabah, menurutnya, merupakan tuntutan keimanan agar manusia tidak lalai dalam menjalani kehidupan. Miftahulhaq mengutip pesan Umar bin Khattab: “Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab, dan timbanglah amal kalian sebelum amal itu ditimbang.”

 

Menurutnya, muhasabah tidak hanya dilakukan atas kegagalan atau peristiwa yang tidak diharapkan, tetapi mencakup seluruh aktivitas dan amal kehidupan yang dijalani sepanjang tahun.

Ia mengingatkan bahwa manusia adalah makhluk yang terbatas, memiliki usia dan waktu yang telah ditentukan oleh Allah.

“Yang terpenting bukan sekadar menghitung apa yang telah kita lakukan, tetapi memastikan bahwa seluruh amal itu benar-benar menjadi bekal untuk kehidupan yang sesungguhnya, yakni kehidupan akhirat,” tuturnya.

Dalam konteks perencanaan hidup, Miftahulhaq mengingatkan bahwa manusia tidak pernah mengetahui apa yang akan terjadi di masa depan maupun di mana ia akan mengakhiri hidupnya. Ia mengutip Surah Luqman ayat 34 yang menegaskan keterbatasan pengetahuan manusia tentang hari esok dan tempat kematian, sementara Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

Ia juga merujuk penjelasan Kementerian Agama dan pandangan Buya Hamka yang menegaskan bahwa kemampuan manusia sebatas merencanakan, sedangkan kepastian hasil sepenuhnya berada di tangan Allah. Oleh karena itu, setiap rencana harus disertai ikhtiar dan disandarkan kepada kehendak-Nya.

 

Hal ini, lanjutnya, sejalan dengan peringatan Allah dalam Surah Al-Kahfi ayat 23–24 agar manusia tidak memastikan rencana masa depan tanpa menyebut insyaallah. Menurut Miftahulhaq, ayat tersebut mengajarkan sikap tawakal sekaligus kerendahan hati di hadapan kehendak Allah.

Menjelang tahun 2026, Miftahulhaq menegaskan bahwa umat Islam boleh dan bahkan dianjurkan untuk merencanakan berbagai hal. Namun, perencanaan itu harus dilandasi kesadaran bahwa hasil akhirnya adalah ketetapan Allah. Tahun 2025, katanya, seharusnya menjadi pelajaran dan pijakan untuk terus meningkatkan semangat beramal.

Ia juga mengingatkan agar umat Islam tidak terjebak pada keinginan mendapatkan penilaian manusia. Menurutnya, satu-satunya pihak yang berhak menilai amal perbuatan manusia adalah Allah SWT.

“Tugas kita hanyalah berproses dan beramal dengan sebaik-baiknya, semaksimal kemampuan yang kita miliki. Penilaian sepenuhnya milik Allah,” tegasnya.

Miftahulhaq menekankan pentingnya menjaga konsistensi dalam beramal, termasuk amal-amal kecil yang sering kali dianggap sepele. Ia mengutip Surah Az-Zalzalah bahwa kebaikan dan keburukan sekecil apa pun akan mendapatkan balasan dari Allah. Karena itu, ia mengingatkan agar tidak meremehkan amal kebaikan sekecil apa pun.

 

“Amal yang paling dicintai Allah adalah amal yang dilakukan secara terus-menerus, meskipun kecil,” ujarnya mengutip hadis Nabi Muhammad SAW.

Di akhir khutbah, Miftahulhaq mengingatkan jamaah agar tidak menjadi golongan yang menyesal di akhir hayat karena menyia-nyiakan waktu tanpa amal saleh, sebagaimana digambarkan dalam Surah Al-Munafiqun ayat 10. Ia mengajak jamaah untuk memanfaatkan waktu yang tersisa dengan sebaik-baiknya melalui amal saleh dan pengabdian kepada Allah.

“Kita tidak pernah tahu kapan Allah memanggil kita. Maka saat inilah waktu untuk berbuat yang terbaik dan menyerahkan seluruhnya kepada Allah Subhanahu wa Ta‘ala,” pungkasnya.

(Rahman Asmardika)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita muslim lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement