Sedangkan menurut syariat, puasa adalah menahan diri dari segala yang membatalkannya, baik syahwat perut, (makan dan minum) maupun syahwat alat kelamin (bersetubuh), sejak terbitnya fajar sampai terbenam nya matahari, dengan niat beribadah kepada Allah SWT.
“Rasul pernah bilang, berapa banyak orang yang berpuasa tetapi tidak mendapatkan apa apa dari puasanya kecuali haus dan lapar. Orang tersebut kewajibannya gugur, tetapi tidak mendapat pahala. Hal tersebut kata rasul, karena dia tidak bisa menjaga lisannya, tidak bisa menjaga pandangan nya, tidak bisa menjadi telinganya. “ ujar Dosen Fakultas Agama Islam, Universitas Nahdatul Ulama Indonesia, Hayaturrohman.
Allah SWT pernah berfirman dalam hadist Qudsy :
“Setiap amalan bani adam adalah untuknya, kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu untuk ku, dan aku yang akan langusng membalasnya. Puasa adalah perisai, apabila salah seorang dari kalian berpuasa, janganlah ia melakukan perbuatan yang sia sia dan berbuat jahil. Jika ada yang ada yang mencacimu atau mengajak berkelahi, hendaklah ia mengatakan mengatakan, ‘aku sedang berpuasa (dua kali). Demi dzat yang jiwa Muhammad berada dalam genggaman-nya, sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah dari pada aroma Kasturi. Orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kegembiraan, yaitu ketika berbuka dengan buka puasanya dan ketika bertemu Rabbnya dengan pahala puasanya” (HR. Bukhari Muslim)
(Helmi Ade Saputra)