Ceritanya, ketika itu Nabi Muhammad dan pasukan umat Islam sedang dalam perjalanan dari Madinah menuju Makkah saat misi Fathu Makkah (pembebasan Kota Makkah). Di tengah perjalanan, Nabi Muhammad melihat ada seekor anjing betina sedang menggonggong dan menyusui anak-anaknya.
Seketika itu, beliau memerintahkan salah seorang sahabatnya untuk berdiri di dekat anjing tersebut. Tujuannya adalah agar para tentara umat Islam tidak mengganggu anjing yang sedang menyusui tersebut. Juga agar anjing tersebut tidak menggigit para tentara sehingga masing-masing tentara dan anjing bisa terus melanjutkan aktivitasnya, tanpa saling mengganggu satu sama lain.
Begitulah sikap kasih sayang Nabi Muhammad kepada seekor anjing. Masih menurut keterangan kitab tersebut, kalau seandainya Nabi Muhammad tidak memiliki sifat belas kasihan yang luar biasa pada hewan, maka beliau tidak akan memiliki perhatian seperti itu. Yakni mengupayakan agar para tentaranya tidak sampai mengusik seekor anjing betina yang sedang menyusui.
Dari kisah tersebut, bisa diambil pelajaran bahwa kasih sayang Nabi Muhammad pada hewan tidak hanya sebatas ucapan saja, tetapi juga sudah menjadi perbuatan atau akhlak. Sebagaimana manusia, binatang juga makhluk ciptaan Allah yang perlu diberikan kasih sayang dan perlakuan yang baik.
“Barang siapa tidak mengasihi, dia tidak akan dikasihi,” demikian kata Nabi Muhammad saw. dalam sebuah hadits riwayat al-Bukhari.
(Dyah Ratna Meta Novia)