Jejak Islam dalam Masjid Agung yang Bentuknya Berubah Setahun Sekali

Abu Sahma Pane, Jurnalis
Rabu 18 September 2019 15:26 WIB
Masjid Agung Kota Djene. Foto: Paul De Roos - BBC
Share :

Selain pekerjaan utama merenovasi masjid, para pria ditugaskan untuk mempersiapkan material konstruksi yang disebut banco, yaitu campuran tanah liat dari sungai terdekat, dedak, minyak kacang, bubuk baobab dan air.

Mereka berlarian ke sana kemari, menaruh seonggok besar banco ke dalam keranjang anyaman dan berlari ke masjid.

Di bawah pengawasan serikat kerja yang terdiri dari 80 tukang batu senior - profesi yang sangat dihormati di Djenne - para pemuda memenuhi muka bangunan sambil membawa keranjang anyaman yang dipenuhi tanah liat basah untuk ditempelkan tebal-tebal ke dinding masjid.

Masing-masing kelompok bersaing satu sama lain untuk menyelesaikan bagian mereka terlebih dahulu. Menang adalah hal yang sangat membanggakan bagi para peserta, sebab sang juara akan mendapat hadiah uang sebesar 50.000 franc CFA Afrika Barat, atau sekitar Rp1,1 juta. Jumlah uang terbilang besar karena sebagian besar penduduk Kota Djene berpenghasilan kurang dari £ 1, atau sekitar Rp17.500 sehari.

Meski sudah dibenahi, hujan yang mengguyur tetap merusak masjid ini sehingga bentuknya sedikiti berubah. Hal ini pula yang membuat bentuk Masjid Agung berubah setiap tahun, dan “dibangun” atau direkonstruksi lagi setiap tahun.

Terlepas dari sejarahnya selama berabad-abad, Masjid Agung ini tetap menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat modern.

"Masjid Djenne adalah simbol kohesi sosial setiap tahun, partisipasi komunal dalam pekerjaan pemeliharaan menunjukkan rasa kebersamaan dan ekspresi bagaimana cara hidup bersama," kata Balassin Yaro, Wali Kota Djenne, sebagaimana dilansir dari BBC pada Rabu (18/9/2019).

(Abu Sahma Pane)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Muslim lainnya