Santri dilarang keras merokok. Ini merupakan aturan yang berlaku di banyak pesantren. Termasuk Pesantren Tambak Beras asuhan Kiai Fattah, tempat Gus Dur pernah nyantri. Namun begitulah manusia, semakin dilarang mereka kadang malah semakin suka melanggarnya.
Gus Dur bercerita, suatu malam listrik di Pesantren Kiai Fattah itu tiba-tiba padam. Suasana pun jadi gelap gulita.
Santri ada yang tidak peduli, ada juga yang memilih tidur saja. Namun ada juga santri yang terlihat jalan-jalan mencari udara segar karena belum mengantuk.
Lalu luar sebuah rumah, terlihat seseorang sedang duduk-duduk santai sambil merokok. Seorang santri yang kebetulan melintas di dekatnya terkejut melihat ada nyala rokok di tengah kegelapan malam itu.
“Nyedot, Kang?” sapa si santri sambil menghampiri seniornya yang sedang asyik merokok itu. Langsung saja orang itu memberikan rokok yang sedang dihisapnya kepada sang yunior.
Saat dihisap, bara rokok itu membesar, sehingga si santri mengenali wajah orang yang merokok tersebut.
Terkejut setengah mati, santri itu langsung lari tunggang langgang sambil membawa rokok pinjamannya.
“Hai, rokokku jangan dibawa lari!” teriak Kiai Fattah sang pengasuh pesantren.
(Dyah Ratna Meta Novia)