WANITA berusia 35 tahun, Mala mengisahkan dirinya yang pernah dirundung tekanan. Tiap hari ada saja orang yang datang ke rumahnya. Bukan untuk kunjungan biasa, apalagi silaturahim pengikat tali persaudaraan, tapi menagih utang yang diutus rentenir.
“Setiap hari total hampir seratus ribuan saya harus keluar uang untuk bayar utang red. di rentenir),” ungkapnya sedih. Sementara penghasilannya sebagai tukang sayur, sering tidak sampai Rp 100 ribu.
Jika dagangannya kurang laku, otomatis ia tidak bisa membayar utangnya. Akibatnya, nilai pinjaman di rententir menjadi berlipat ganda lantaran bunganya berbunga lagi. Alhasil, bukannya berkurang, jumlah utangnya semakin bertambah.
Warga Kampung Pondokmiri, Desa Rawakalong, Gunung Sindur, Bogor, ini mengaku dirinya tidak punya alternatif lain untuk mendapatkan modal usahanya.
“Kalau pinjam ke tempat lain, urusan bertele-tele. Tapi kalau pinjam kepada rentenir, uang cepat cair,” katanya beralasan.