HARTA tak kan berkurang meski disedekahkan, demikian kalimat bijak yang kerap terdengar dalam kehidupan sehari-hari. Kalimat itu tentu bukan kiasan belaka, sebab Allah SWT memang sudah menjanjikan imbalan yang lebih besar bagi umat Muslim yang mengamalkan sedekah.
Sudah banyak yang membuktikan mukzizat dari sedekah itu, bahkan sebagian menjalaninya seolah ketagihan. Meski begitu pengalaman spritual seseorang ketika bersedekah tentu berbeda-beda, contohnya yang dialami Helmi Ariwibawa (31).
Usai mengikuti seminar The Miracle di Daqu Ketapang, Tangerang, ia dan istri galau, bagaimana mereka akan pulang ke Bogor dengan uang tersisa di kantong hanya Rp100 ribu. Itupun sudah termasuk buat makan tiga pekan ke depan.
Kegalauan suami-istri itu wajar, mereka baru saja membuat satu keputusan penting dalam hidup mereka, yaitu menyedekahkan harta yang bernilai vital, yakni satu unit motor. Kendaraan roda dua tersebut sehari-hari menjadi tunggangan Helmi pergi-pulang kantor.
Tak heran bila semula, berat nian Helmi melepas motornya sebagai sedekah. Dia bukanlah orang berada, meski selama ini ia memang donatur aktif PPPA Daarul Qur’an, tapi nilainya kecil saja.
Namun, diiringi dengan hajat agar dia mampu menutup utang, sebab, hasil penjualan rumahnya pun belum mencukupi untuk itu, maka ia berupaya bertawakkal dengan menyedekahkan motornya.
“BPKBnya belum keluar Ustadz, karena belum lunas. Tapi insya Allah sisa cicilannya jadi tanggungan saya,” kata warga Perumahan Bukit Cimanggu City ini saat memasrahkan motornya kepada Ustadz Yusuf Mansur guna disedekahkan melalui PPPA Daqu.
“Subhanallah,” jawab Ustadz Yusuf Mansur terharu kala itu. “Mudah-mudahan segala permasalahan Ente cepat selesai lewat sedekah ini ya,” katanya kepada suami Emilia Wijayanti (31) tersebut.
“Terus, Anda pulang ke Bogor naik apa?” tanya Manager Program PPPA Daqu Darmawan Setiadi kepada Helmi. “Yaaa, angkutan umum,” jawab Helmi sekenanya.
“Sudah, bawa saja dulu motornya, nanti ada petugas kami yang akan mengambilnya ke Bogor,” saran seorang pria bernama Darmawan di lokasi.
Helmi menolak tegas. “Jangan, nanti kalau saya bawa lagi, takutnya saya berubah pikiran,” kata pria asal Banten ini.
Allah tak pernah membiarkan hamba-Nya dalam kesulitan. Seorang ustadz tiba-tiba membatalkan acaranya ke Jakarta. Dia lalu mengajak Helmi dan istri untuk pulang ke Bogor.
Seminggu ba’da sedekah, Helmi sekeluarga bagai hidup di pengasingan. Perekonomian tambah morat-marit. Seluruh keluarga besarnya pun mencibir dia, dianggap sok.