Hikmah Idul Fitri, Membebaskan Kelompok Terpinggirkan

, Jurnalis
Senin 25 Mei 2020 03:56 WIB
Share :

Kalimat Takbir menggema di seluruh muka bumi, terlebih di pelosok nusantara yang memiliki populasi umat muslim terbesar di dunia. Gema Takbir menjadi ikrar atas kebesaran Allah, mengekspresikan kemenangan atas keberhasilan menjalani perintah-Nya, berpuasa wajib di bulan suci ramadhan.

Tak hanya takbir, kalimat tasbih pun dibaca berulang-ulang bersamaan dengan tahmid sekaligus. Di surau, masjid, di halaman rumah, sambil berdagang di pasar atau bahkan saat di pinggir pantai sambil memperbaiki jaringan ikan. Bahkan saat duduk santai bersama keluarga, umat Islam terus mensucikan Allah dan mensyukuri segala anugerah dan kasih sayang-Nya.

Hari Raya Idul Fitri adalah momentum puncak amalan puasa Ramadhan, Idul Fitri identik dengan tujuan dari puasa yaitu bertakwa. Semoga kita semua senantiasa menjadi pribadi yang berhasil menjemput takwa sebagaimana dijanjikan dalam Quran Surat Albaqarah ayat 183.

Momentum idul fitri adalah penegasan diri bahwa kita kembali bersih dan suci dari gelimang dosa. Saat lebaran, sudah menjadi tradisi umat Islam saling bermaaf-maafan dan melebur dosa antar sesama makhluk (manusia).

Meski demikian, kiranya perlu kita urai apa dibalik hikmah badah puasa yang puncaknya adalah idul fitri. Tentu keyakinan tauhid Islam harus diterapkan dalam sikap hidup keseharian.

Hidup berdampingan antar manusia satu dengan lainnya. Menjalankan kehidupan sebagai umat dan sekaligus sebagai warga negara yang amanah. Mengembalikan diri pada fitrahnya bahwa seorang manusia adalah pemimpin (khalifah) di muka bumi (QS Al Fathir: 39) .

Makna Idul fitri jika kita kaitkan dengan mandat Allah kepada manusia sebagai khalifah, maka seorang Umat Islam yang ditempa selama 30 hari menahan segala nafsu, tentu akan memaknai bahwa esensi dari ibadah puasa dan dipertemukannya umat dengan Idul Fitri bersifat sosial.

Misalnya saja cita-cita Negara Kesatuan Republik Indonesia. Seorang muslim yang bermukim di tanah air Indonesia akan benar-benar mengilhami fitrahnya sebagai umat dan warga negara sekaligus.

Kedisiplinan saat berpuasa, manajemen waktu, mengendalikan nafsu dan juga nilai takwa sebagai tujuan puasa akan benar-benar tertanam dalam akal pikiran imannya. Dampaknya prototype manusia takwa adalah ketika di dalam hidupnya tidak akan pernah mengabaikan waktu, senantiasa peduli dengan orang lain dan pasti produktif menebar kebaikan, menolong kelompok yang lemah.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Muslim lainnya