Tak Takut Tertular Corona di Masjid, Jamaah: Kita Berdoa Saja!

, Jurnalis
Senin 01 Juni 2020 17:13 WIB
Umat muslim sholat berjamaah di masjid dengan menerapkan protokol kesehatan pencegahan Covid-19 (Foto: Okezone.com/Heru Haryono)
Share :

KEBIJAKAN membuka kembali tempat ibadah di tengah pandemi Covid-19 dinilai tergesa-gesa dan dikhawatirkan berpotensi memunculkan klaster baru penularan virus corona. Pasalnya, orang tanpa gejala alias OTG sangat sulit terdeteksi. Meski diharuskan menjalankan protokol kesehatan pencegahan Covid-19, tetap saja mengkhawatirkan manakala SOP tersebut tidak berjalan sebagaimana mestinya di lapangan.

Seperti yang terjadi di salah satu masjid di kawasan Jakarta Timur yang telah membuka kembali aktivitas ibadah secara reguler. Sejumlah protokol kesehatan belum tersedia, seperti alat pendeteksi suhu tubuh, sabun pencuci tangan, pembatasan jarak dan sebagian jamaah bahkan tidak mengenakan masker.

Masjid Jami Baiturrahman, menjadi salah satu tempat ibadah di Jakarta Timur yang sudah mulai dibuka untuk umum menyusul Surat Edaran yang dikeluarkan Menteri Agama Fachrul Razi perihal relaksasi di tempat ibadah.

Puluhan jamaah berduyun-duyun menuju tempat ambil air wudhu begitu suara azan dhuhur berkumandang. Namun, sama sekali tidak terlihat keberadaan sabun antiseptik pencuci tangan yang harusnya tersedia di antara keran-keran air.

Baca juga: DMI: Pengurus Masjid Harus Di-Briefing Sebelum Gelar Sholat Berjamaah

Dikutip dari laman BBC News Indonesia, Senin (1/6/2020), puluhan jamaah mulai merapatkan barisan, dengan jarak kurang dari satu meter. Sebagian besar dari mereka tidak menggunakan masker, sebagian lagi membawa alas salat sajadah sendiri dari rumah.

Pengurus masjid setempat, Urip Rejeki mengatakan, pihaknya baru akan mempersiapkan penandaan pembatasan jarak antar jamaah. "Jaraknya paling sekitar satu meter. Jadi dua ubin," kata dia.

(Foto: BBC News Indonesia)

Dia mengklaim masjid masih memiliki persediaan sabun pencuci tangan, sebagai bagian penerapan protokol kesehatan di tengah pandemi. "Masalahnya cuci tangan pakai sabun. Itu stoknya masih ada," kilahnya.

Urip mengatakan, pihak masjid juga merencanakan untuk mengadakan ibadah sholat Jumat pekan ini. Sebelum pandemi, jamaah yang beribadah Jumat jumlahnya lebih dari 40 orang, membludak sampai ke jalan.

Baca juga: Pancasila Bukan Syariat, tapi Nilai-nilainya Sangat Islami

"Cuma banyakan (jamaah) yaitu musafir, yang numpang lewat. Kita juga harus taat sama pemerintah. Karena kita kan rakyat yang dibina oleh negara. Jadi, mungkin Insya Allah (sholat) Jumat akan diadakan," tuturnya.

Sementara itu, salah seorang jamaah yang enggan disebut identitasnya mengaku sudah berserah diri kepada Allah akan kekhawatiran tertular virus corona saat sholat berjamaah di masjid.

"Kalau saya biasa saja. Enggak khawatir, ya kita berdoa saja," kata dia.

Sementara itu, Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Abdul Mu'ti menilai pemerintah terlalu cepat memutuskan membuka kembali rumah ibadah di tengah pandemi corona. Menurutnya, angka penyebaran Covid-19 saat ini masih tinggi.

"Saya menilai keputusan Menteri Agama itu terlalu tergesa-gesa, karena kalau kita mengikuti data dari Gugus Tugas Covid itu sama sekali tidak ada tanda-tanda pandemi Covid-19 ini landai," kata dia.

Dirinya meyakini tidak semua rumah ibadah nantinya dapat mengantongi izin dari pihak terkait untuk membuka kembali kegiatan keagamaan.

"Dalam praktiknya, saya kira masjid-masjid itu tetap saja akan dibuka, tempat-tempat ibadah lain juga akan dibuka tanpa harus ada izin dari pejabat setempat," tuturnya.

Pemerintah saat ini sedang mempersiapkan pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Sebanyak 102 kabupaten dan kota yang ditetapkan zona hijau diizinkan kembali beraktivitas dalam kegiatan masyarakat produktif dan aman Covid-19.

Dengan ketentuan ini maka sejumlah sektor dibuka kembali seperti rumah ibadah pertokoan, transportasi umum, hotel, penginapan, dan restoran, perkantoran, dan bidang-bidang lain, yang dianggap penting, namun aman dari ancaman Covid-19.

"Tahapan-tahapan sosialisasi tersebut, tentunya harus bisa dipahami, dimengerti, dan juga dipatuhi oleh masyarakat. Intinya, keberhasilan masyarakat produktif dan aman Covid-19 sangat tergantung," ujar Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Letjen Doni Monardo beberapa waktu lalu.

(Rizka Diputra)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Muslim lainnya