Menelusuri Jejak Imam Asal China Penyebar Islam di Hong Kong

Saskia Rahma Nindita Putri, Jurnalis
Senin 06 Juli 2020 18:28 WIB
Imam asal China penyebar Islam di Hong Kong, Uthman Yang Xing Ben (Foto: SCMP)
Share :

“Ketika pertama kali saya menginjakkan kaki di kota ini, kota ini seperti kota mati, dengan gedung-gedung tinggi yang mendominasi. Disini bahkan tidak dapat melihat matahari, yang penting sebagai acuan untuk mengetahui waktu berdoa. Saya ingat misi saya disini bukanlah untuk bersenang senang, namun untuk membantu umat Islam di Hong Kong. Saya akan melakukannya,” paparnya.

Yang mulai menuliskan buku 'Understanding Islam' dua tahun lalu, yang dilatarbelakangi dari kondisi di Hong Kong yang sangat sulit untuk menemukan buku-buku komprehensif yang membahas hal tersebut dan tertulis dalam bahasa Mandarin. “Saya ingin membantu nonmuslim untuk memahami Islam dan bagaimana cara hidup kami,” tambahnya.

Selama berada di Hong Kong, ia juga pernah berkesempatan diundang ke kampus-kampus untuk menjadi pembicara di hadapan mahasiswa mengenai keyakinannya. “Pada tahun 2001 (pasca serangan 11 September di AS), saya ditanya apa itu jihad, dan harus menjelaskan dan meluruskan bahwa membunuh nonmuslim itu tidak ada dalam Alquran,” kata dia.

Cerita lainnya yakni dari Masjid Kowloon dan komunitas muslim yang menjadi sorotan pada 20 Oktober 2019 lalu. Pasalnya, terdapat tim kepolisian yang dikerahkan karena harus membubarkan pengunjuk rasa oposisi pemerintah di Tsim Sha Tsui.

Mereka dibubarkan dengan meriam air yang disemprotkan dengan cairan berwarna biru ke bagian gerbang dan pintu masuk gedung. Polisi mengklaim bahwa itu murni sebuah kecelakaan.

“Mengenai hal tersebut, saya berpikir bahwa polisi sengaja melakukannya. Jika dilihat dari video, tak ada orang di sana (di depan masjid). Lebih parah, mereka bukan menyemprotkan air jernih melainkan cairan berwarna biru. Meskipun begitu, mereka kemudian datang dan meminta maaf, dan kami menerima permintaan maaf mereka.” ujar Yang.

Dirinya menyebut, Islam adalah agama komprehensif, sebab berbeda dengan sistem kepercayaan lain dan sangat menyentuh semua bagian kehidupan dari manusia. Bukti nyatanya menjadi seorang muslim tak bisa berperilaku seenaknya. Ada aturan (batasan halal dan haram) yang harus dipatuhi demi kebaikan atau kemaslahatan umat.

“Sebagai seorang muslim kita hanya diperbolehkan memakan makanan halal, para wanita diwajibkan untuk mengenakan hijab, sholat 5 waktu. Jika umat lainnya lebih dibebaskan memakan apa saja selepas beribadah, justru umat muslim berbeda. Kami tak bisa sembarangan, salah satunya adanya larangan memakan daging babi," jelas Yang.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Muslim lainnya