DALAM berbagai aspek kehidupan tentunya kita tak lepas dari keterlibatan ilmu matematika. Ilmu menghitung ini diajarkan dari turun temurun hingga kini dapat dirasakan manfaatnya. Tentu terdapat tokoh penting yang telah berjasa besar atas segala kemajuan ini.
Adalah Al Khawarizmi, ilmuan matematika muslim yang merevolusi teori Aljabar. Aljabar ialah salah satu cabag matematika serbaguna yang hingga kini banyak ilmuan mengatakan bahwa teori ini dapat menentukan struktur sebenarnya dari alam semesta.
Al Khawarizmi ialah polymath abad ke-9 yang telah memberikan bentuk yang pasti pada seni aljabar dan algoritma. Penemuannya ini banyak telah membuka jalan bagi kemajuan ilmiah yang dapat dirasakan hingga kini. Seperti inovasi besar di dunia penerbangan dan transportasi berkecepatan tinggi tentu didasari oleh persamaan aljabar.
Selama Gerakan Penerjemahan Abad Pertengahan, para sarjana sibuk menciptakan teori untuk bersanding dengan karya-karya polymath Yunani, Babylonia dan India, memperkenalkan konsep-konsep ilmiah baru yang inovatif. AL Khawarizmi muncul di era kebijaksanaan ilmiah yang besar, dibentuk dan dipengaruhi oleh Zaman Kejayaan Islam.
Ia banyak memajukan karya-karya antara polymath Yunani dan India. Persamaan aljabar karya Khawarizmi ia dasarkan pada system decimal yang dibuatnya dengan campuran huruf Arab dan India. Ia kian mengembangkannya setelah mempelajari karya-karya astronom legendaris India, Bragmagupta.
Baca juga: 5 Alat Kecantikan yang Disunahkan dalam Islam
Sebelumnya, Eropa lebih mengandalkan kepada penggunaan system numeric Romawi yang kompleks, barulah setelahnya meniru system decimal 1-10 setelag lima abad kemudian yakni abad ke-15.
Dilansir dari TRT World, Kamis (9/7/2020), dalam bukunya 'The Arabs: A Short History', Phillip Khuri, seorang profesor berdarah Lebanon-Amerika di Princeton dan Universitas Harvard, menggambarkan al-Khawarizmi sebagai salah satu ilmuan Islam terbesar dengan pemikiran matematikanya yang hingga kini sangat berpengaruh daripada siapapun penulis abad pertengahan lainnya.
Selain aljabar, Khawarizmi turut mengembangkan dengan cepat table trigonometri secara detail termasuk fungsi sinus, yang setelahnya diekstrapolasi ke fungsi tangen oleh Maslama, seorang astronom muslim asal Arab. Ia juga menyempurnakan representasi geometris dari bagian kerucut dan mengembangkan teori kalkulus dua kesalahan, yang kemudian membawanya ke konsep diferensiasi.
Tak hanya ahli matematika, Khawarizmi juga dikenal secara luas sebagai penyusun table astronomi tertua. Studi ilmiah astronomi di zaman keemasan Islam dimulai ketika House of Wisdom atau Grand Library, didirikan di Baghdad antara 754-775 M dibawah pemerintahan Khalifah Abbasiyah, Harun al-Rashid.
Suatu waktu, Khalifah Abbasiyah ketujuh, Al-Ma'mun, memerintahkan para polymath, termasuk Khawarizmi, untuk mengukur volume dan keliling bumi. Khawarizmi tak hanya berpatisipasi dalam hal ini, namun juga merevisi dan mengoreksi pandangan Ptolemeus dengan membuat system berikut pengoreksian datanya untuk Afrika dan Timur Tengah.