Kemudian beliau menasehati, "Janganlah kalian sibuk dengan keburukan yang nampak dari orang lain, jangan suka mengkritik orang dengan hanya melihat secara zahir, walaupun dari hati, lebih baik kalian menasihatinya secara langsung dan bertanya, sungguh tidaklah aku diuji demikian, kecuali aku pernah mengkritik seorang karena hal itu, semoga Allah memberikan kita adab bagaimana bermuamalah dengan hamba-hambaNya. "
Hikmah yang dapat dipetik, sebenarnya kita tidak perlu menyibukkan diri dengan kesalahan yang tampak dari orang lain, lebih-lebih kesalahan yang tak tampak dan tersembunyi.
Perlu diketahui bahwa semakin menutup hati dari menilai dan menghukumi aib-aib orang lain, maka semakin Allah jaga kita dari aib dan dosa-dosa tersebut.
Sebaliknya, semakin kita giat melirik dan menilai keburukan-keburukan orang lain, maka Allah akan mudahkan kita melakukan aib dan dosa-dosa itu. Cepat maupun lambat.
Imam Ibnu Sirin pernah bercerita:
"عيرت رجلا، وقلت : يا مفلس!، فأفلست بعد أربعين سنة"
"Dahulu aku pernah mencela seseorang, aku mengatakan, "wahai orang yang bangkrut!", setelah 40 tahun, kemudian akulah yang bangkrut"
Imam Hasan Al Bashri juga memberikan pesan yang hampir mirip, beliau mengatakan:
"مَنْ رَمَى أَخَاهُ بِذَنْبٍ قَدْ تَابَ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ مِنْهُ، لَمْ يَمُتْ حَتَّى يُبْتَلَى بِهِ"
"Barangsiapa yang menuduh saudaranya dengan suatu dosa, padahal ia telah tobat darinya, maka ia tidak akan mati sebelum ditimpa dengan dosa tersebut."