JAKARTA- Siti Khadijah di mata Asad Zaman, seorang imam di Kota Manchester, Inggris membuatnya terkagum-kagum.,
"Dia benar-benar menembus batas. Bahkan perempuan modern pun ingin mencapai apa yang dia capai 1.400 tahun yang lalu," kata Asad Zaman, Senin (15/2/2021)
Asad Zaman menggambarkan Khadijah, perempuan yang lahir pada abad ke-6 di tempat yang sekarang disebut Arab Saudi, adalah sosok yang dihormati, kaya, dan berkuasa, yang menolak banyak lamaran pernikahan dari bangsawan terkemuka.
Akhirnya dia menikah, dua kali. Suami pertamanya meninggal, dan dia diyakini memutuskan untuk berpisah dari yang kedua.
Baca Juga: 4 Tanda Kiamat, Salah Satunya Banyak Ulama Meninggal
Setelah itu, dia bersumpah tidak akan menikah lagi ... sampai dia bertemu laki-laki yang akan menjadi suami ketiga dan terakhirnya.
Khadijah melihat "beberapa kualitas luar biasa [dalam dirinya] yang membuatnya berubah pikiran tentang pernikahan," kata Zaman kepada BBC.
Tidak seperti biasanya pada zaman itu, Khadijah lah yang memilih dan melamarnya.
Usianya saat itu 40 tahun, sedangkan calon suaminya berusia 25 tahun dan berasal dari keluarga sederhana.
Baca Juga: Dajjal Akan Muncul di Akhir Zaman, Hafalkan 10 Ayat Terakhir Surat Al-Kahfi sebagai Penangkal
Tapi ini lebih dari sebuah kisah cinta; ini adalah asal mula agama terbesar kedua di dunia.
Suami baru Khadijah adalah Muhammad, yang tak lama kemudian menjadi pembawa risalah Islam.
Pedagang Ulung
Robert Hoyland, seorang profesor sejarah Timur Tengah Kuno di Universitas New York, mengatakan bahwa sulit untuk mendapatkan gambaran rinci tentang Khadijah, sebagian karena informasi tentangnya ditulis bertahun-tahun setelah ia meninggal dunia.
Namun, kebanyakan sumber menunjukkan bahwa dia adalah seorang perempuan dengan "ambisi jiwa yang bebas, dan kemauan yang sangat kuat," kata Hoyland kepada BBC.
Misalnya, dia menolak untuk menikahi sepupunya - seperti yang diinginkan keluarganya sesuai dengan tradisi - karena dia ingin menjadi orang yang memilih pasangannya.