Sebutan selanjutnya versi Mu'ti adalah Haji Abidin, akronim dari haji atas biaya dinas, dalam artian berangkat haji sebagai petugas. Kemudian ada sematan Haji Kosasih, yakni haji dengan ongkos dikasih. Dimana, mereka berhaji lantaran hadiah dari lembaga atau seseorang.
Lalu, ada sebutan Haji Sokeh, yakni haji yang disokong 'wong akeh' atau biaya hajinya ditanggung oleh banyak orang. Selanjutnya, ada Haji Somat, haji yang disokong umat atau dalam arti biaya haji ditanggung oleh jamaah.
Baca Juga: Menag: Pembatasan Kuota Haji Senapas dengan Semangat Indonesia Jaga Keselamatan Jamaah
Ada pula sebutan Haji Tamatu. Menurut Mu'ti, sebutan ini adalah singkatan dari Haji tangi mangan turu. Sebutan ini diperuntukkan bagi mereka yang selama haji hanya tidur dan makan. Kemudian, sambung Mu'ti adalah Haji Tomat. Artinya antara lain, 'haji teko maksiate kumat' yang berarti sudah haji tetapi terus bermaksiat.
Dua sebutan haji terakhir versi Mu'ti adalah Haji Kamlan. Dimana sebutan ini khusus untuk para pekerja media yang berhaji. Kamlan diambil dari akronim kameramen dan peliputan. Lalu, ada Haji Hamim atau haji hanya mimpi. Menurut dia, Hamim dimaksudkan bagi mereka yang bertahun-tahun mendaftar haji tapi tak berangkat lantaran dibatalkan. "Itulah beberapa sebutan haji yang populer di masyarakat. Pembaca termasuk haji yang mana?" tanya Mu'ti di akhir cuitannya.
(Vitrianda Hilba Siregar)