Gubernur Ankara Kemal Aygun menugaskan ahli patologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Ankara Profesor Kamile Sevki Mutlu untuk mengeluarkan peti jenazah, memeriksa sisa-sisanya, dan mengawasi proses pemakaman yang harus mengikuti tradisi lokal.
Prosesi yang berlangsung pada 9 November itu dilakukan Prof Mutlu dibantu dua rekannya Dr Cahit Ozen dan Dr Seref Yezgan serta 10 guru sekolah menengah kejuruan dihadiri oleh pejabat senior pemerintah.
Baca juga: Abu Nawas Kelabui Balik Para Penipu, Tongkat Biasa Dijual 100 Dinar Emas
Setelah membuka bagian dalam seng, mereka menemukan plastik coklat berisi jenazah Ataturk yang ditopang oleh penyangga kayu. Usai melepas plastik dan kafan jenazah, Tim Prof Mutlu menemukan bahwa tubuh Ataturk masih dalam kondisi baik dan tidak busuk berkat proses penyembuhan yang dilakukan 15 tahun lalu oleh Prof Aksu yang meninggal pada tahun 1951.
Juga ditemukan di peti jenazah adalah sampel bahan kimia pengawet yang digunakan dalam botol tertutup dengan label kimia. Tim naik ke catalfaque satu per satu dan menatap wajah Ataturk. Atas saran Prof Mutlu, peti kembali ditutup setelah jenazah diselimuti kain baru dan diberi bahan kimia khusus agar tetap utuh.
Sehari kemudian, pada 10 November 1953, sebuah peti mati yang ditutupi dengan bendera Turki dibawa keluar dari Museum Etnografi Ankara dan dibawa oleh 12 tentara untuk ditempatkan di kaison untuk dibawa ke lokasi permanen pemakamannya, Anitkabir.
Baca juga: Bolehkah Puasa Hanya di Hari Jumat? Ini Penjelasan Ustadz Dr Firanda Andirja
Pengangkutan peti dipimpin oleh berbagai pemimpin komunitas agama Turki seperti Patriak Armenia, Ortodoks Yunani, Katolik Roma, dan kepala Rabbi Yahudi di samping Kepala Divisi Urusan Agama Turki.
Bapak Turki Modern pun dimakamkan di pemakaman permanennya, Kompleks Pemakaman Anitkabir. Seorang pejabat menceritakan pengalaman selama proses tersebut, "Saya masih bertugas pada hari pemakamannya, ketika saya meneteskan air mata tentang fakta kematiannya. Hari ini saya tidak sedih karena 15 tahun telah mengajari saya bahwa Ataturk tidak pernah mati."
Wallahu a'lam bishawab.
(Hantoro)