DI momen hari ulang tahun (HUT) ke-495 DKI Jakarta, mari mengenal lebih dalam tentang berbagai hal mengenai Betawi. Salah satunya adalah ulama-ulama Betawi yang gigih mensyiarkan ajaran agama Islam.
Diketahui bahwa para ulama Betawi memiliki peran penting dalam mengawal Kota Jakarta pada masa lalu hingga saat ini. Perjalanan Jakarta penuh sejarah dan selalu ada peran para ulama.
Baca juga: Ulang Tahun Jakarta, Ini 5 Masjid Unik dan Bersejarah di Ibu Kota yang Wajib Didatangi
Di Kawasan Tanjung Kait, Mauk, Tangerang , dekat Kelenteng terdapat bangunan makam berarsitektur Tionghoa, dicat merah dan kuning menyala, lengkap dengan altar persembahan.
Sepintas orang akan menganggap hal itu wajar saja karena mengira itu adalah makam warga Tionghoa. Namun ternyata menurut budayawan Betawi, Ridwan Saidi, makam itu adalah kuburan Ema Datuk, seorang ulama muslim. Kini kuburan itu telah berubah menjadi makam atau bong Tionghoa.
Ridwan terkejut melihat perubahan drastis itu. Padahal, dia memiliki foto makam Ema Datuk yang masih seperti kuburan Islam pada umumnya, memakai cungkup dan nisan dari kayu. Di halaman luar masih terdapat atap bekas kuburan lama yang telah dibongkar.
Dulu ketika gunung Krakatau meletus, wilayah dekat kuburan itu satu-satunya yang bebas dari debu dan terjangan tsunami. Padahal di desa sekitar seperti desa Keramat, Kampung Melayu habis disapu air bah. Maka banyak orang menyelamatkan diri di makam itu.
Baca juga: Kisah Rashad, Bocah Gaza Palestina yang Jadi Hafiz Quran sejak Usia 7 Tahun
Terkait ulama penyebar Islam di Betawi, Ridwan menjelaskan bahwa masyarakat Betawi mengenal nama tujuh wali penyebar Islam.
Dalam proses Islamisasi di betawi terdapat tujuh wali Betawi. Antara lain, Pangeran Darmakumala dan Kumpi Datuk yang dimakamkan berdekatan, di tepi kali Ciliwung, dekat Kelapa Dua, Jakarta Timur.