CERITA Abu Nawas kali ini berawal dari suatu hari Baginda Raja kedatangan sahabatnya yang merupakan raja dari negeri seberang. Sahabatnya itu mengeluhkan perilaku putranya. Sang raja negeri seberang menceritakan bahwa anaknya sangat malas dan enggan disuruh belajar. Lalu yang lebih parah lagi si anak bandelnya kelewat batas.
Ia lebih suka melalui waktunya untuk bermain dan tidur. Manakala setiap kali sang raja mendatangkan guru untuk mengajari, si anak malah menertawakannya. Bahkan, seringkali dilecehkan dan diabaikan.
BACA JUGA:Jin Raksasa Minta Ampun ke Abu Nawas Gara-Gara Bisa Peras Air dari Batu
Hal ini membuat guru-guru yang mengajar memilih berhenti. Mereka tidak mampu menghadapi sifat putra raja negeri seberang yang nakal tersebut. Padahal sang raja berharap kelak putranya sanggup mewarisi kerajaan untuk generasi berikutnya.
"Kenapa tidak kau titipkan saja kepada Abu Nawas? Biarkan dia mendidik anakmu dengan caranya," tutur Baginda Raja menyarankan, seperti dikutip dari kanal YouTube Humor Sufi Official, Kamis (2/3/2023).
"Abu Nawas? Siapa itu Abu Nawas?" tanya sang raja negeri seberang.
"Dia itu ulama sufi yang terkenal cerdik dan pandai di Kota Baghdad," jawab Baginda Raja.
"Baiklah akan aku coba. Minggu depan aku ajak putraku kemari," balas raja negeri seberang.
BACA JUGA:Cerita Lucu Abu Nawas Lolos dari Hukuman Berkat Buta Warna
Beberapa minggu kemudian dengan diantar Baginda Raja, raja negeri seberang tersebut membawa putranya ke rumah Abu Nawas. Melihat kedatangan tamu seorang raja, tentu saja membuat Abu Nawas terkejut.
"Ampun paduka yang mulia, ada gerangan apa tiba-tiba paduka datang kemari?" tanya Abu Nawas.
Baginda Raja lalu mengungkapkan maksud kedatangannya. Ia hendak menitipkan putra sahabatnya kepada Abu Nawas untuk diajari ilmu agama dan kedisiplinan.
"Wahai Abu Nawas, ajarkan anakku ilmu agama dan didiklah dia supaya disiplin," minta sahabat Baginda Raja.
"Saya bersedia, tapi saya akan mendidiknya dengan cara saya, dan Paduka tidak boleh sakit hati," balas Abu Nawas.
"Baik Abu Nawas, semuanya aku serahkan kepadamu," ujar sahabat Baginda Raja.
Singkat cerita, pulanglah Baginda Raja dan sahabatnya. Baru saja ditinggal orangtuanya, si anak membuat ulah di rumah Abu Nawas.
Ia dengan beraninya membentak Abu Nawas saat minta diambilkan air minum. Awalnya Abu Nawas menanggapinya dengan senyuman.
Ia selalu menuruti kemauan si anak tersebut. Hingga pada suatu hari tiba-tiba Abu Nawas memukul si anak cukup keras, padahal tidak melakukan kesalahan apa pun.
Sejak saat itulah si anak menjadi takut kepada Abu Nawas. Sifatnya yang bandel dan suka malas-malasan mendadak berubah menjadi penurut serta rajin.
Beberapa tahun kemudian orangtuanya datang untuk menjemput sang putra mahkota. Si anak ini menjadi pribadi yang sopan. Dia juga cerdas dan cepat menguasai berbagai ilmu agama yang diajarkan Abu Nawas.
Melihat perubahan pada diri anaknya, sang raja negeri seberang menjadi senang dan bahagia. Seiring berjalannya waktu si anak yang sudah menginjak dewasa dinobatkan sebagai raja untuk menggantikan posisi ayahnya, berkat kecerdasan dan kedisiplinannya dia menjadi raja yang gagah dan berwibawa.
Suatu hari dia teringat dengan Abu Nawas, sosok guru yang telah mendidiknya. Ia pun berencana untuk menemuinya dengan didampingi pasukan kerajaan.
Pemuda yang kini sudah menjadi raja itu pun berangkat menuju rumah Abu Nawas. Setibanya di sana, dia langsung disambut hangat dan dipersilakan masuk oleh Abu Nawas.
Setelah cukup lama berbincang-bincang, ia lalu bertanya kepada Abu Nawas, "Guru, aku mau bertanya, masih ingatkah suatu hari guru memukulku padahal aku tidak bersalah waktu itu. Atas dasar apa guru melakukannya?"
Sekian tahun lamanya ternyata sang murid masih menyimpan pertanyaan tentang kenangan pahit dari sang guru. Mendengar pertanyaan tersebut, Abu Nawas menjawabnya dengan tersenyum.
"Aku sudah lama menunggu datangnya hari ini ketika kamu bertanya tentang pukulan itu. Sekarang kamu tahu bahwa pukulan kezaliman itu membuatmu tidak bisa melupakannya begitu saja."
"Ia terus mengganggumu setiap waktu. Maka, ini adalah pelajaran untukmu di hari ketika kamu menjadi pemimpin seperti sekarang."
"Jangan pernah sekalipun menzalimi masyarakatmu, karena mereka tidak pernah bisa tidur dan tak pernah bisa lupa pahitnya kezaliman," terangnya.
Setelah mendapat penjelasan dari Abu Nawas, sang raja yang baru itu merasa puas. Ia mendapat wejangan yang sangat berharga.
Wallahu a'lam bisshawab.
(Hantoro)