JAUH di perantauan, berangkat dari Kota Batu, Malang; menuju Moskow, Rusia; berbekal bahasa Arab hasil dari polesan Pondok Pesantren Modern Gontor, tak menyudutkan langkahku untuk mengenyam pendidikan strata 1 di negara dengan julukan Beruang Merah tersebut. Bismillah. Sebuah keputusan besar juga akan ada ujian yang besar. Saya Krish, putra sulung dari tiga bersaudara.
Di awal studi, Alhamdulillah, saya diberi kesempatan menikmati bulan Ramadhan. Namun, menjalani ibadah puasa Ramadhan di negeri orang dengan aktivitas perkuliahan yang jadwalnya kadang suka tidak menentu, belum lagi jarak tempuh dari asrama menuju kampus sekira 1 jam lebih, sama halnya seperti saya ingin pergi ke masjid untuk Sholat Jumat, tarawih, serta buka puasa bareng Muslim di Rusia, ini cukup membutuhkan waktu yang lama dan juga saya yang terpisah teramat jauh dari keluarga tentu bukanlah hal mudah untuk saya jalanin.
Penuh perjuangan, tantangan, dan berbagai perlawanan. Ini pertama kali saya menikmati suasana seperti ini, jelas sangat berbeda dengan Indonesia. Saya dipaksa mandiri dan keras dengan segala keadaan. Saya juga harus rela begadang agar tidak ketinggalan melaksanakan sahur dan Sholat Subuh, karena kalau tertidur, khawatir akan kebablasan.
Kini memasuki 6 bulan di sini, menikmati hari-hari sebagai mahasiswa baru di Moscow Aviation Institute University dengan mengambil jurusan Aircraft Engineering (Teknik Pesawat Terbang), masih banyak sekali sudut-sudut kota yang terasa asing dalam pandangan mata.
Terlebih saya juga harus berinteraksi dengan bahasa yang begitu rumit untuk keperluan pribadi dan studi, belum lagi godaan iman bagi saya selaku Muslim yang terkadang menuntut harus berusaha ekstra agar tunduk pandangan dan senantiasa bertasbih.
Bagaimana tidak, setiap hari saya dihadapkan dengan pesona nona-nona Rusia yang berparas jelita. Tapi saya sangat bersyukur, dengan begini akan lebih maksimal belajar agar tercapainya cita-cita dan juga meningkatkan ketakwaan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Rabu, 12 April 2023, kebetulan di hari ini cepat selesai kuliah, jadi sembari menunggu iftar, saya berpergian ke tenda Ramadhan yang diselenggarakan oleh KBRI Moskow bersama Badan Spritual Muslim Kota Moskow di pelataran Masjid Memorial Moskow. Acara ini sebagai ajang silaturahmi komunitas Muslim Rusia, Indonesia, dan masyarakat umum berkapasitas 500 orang.
Alhamdulillah ini jadi momentum tidak terlupakan, karena dapat bertemu dengan banyak orang dari berbagai negara yang seiman dan menikmati berbagai hidangan berbuka puasa yang nikmat sekali.
Tidak terasa waktu sudah di pengujung Ramadhan, hari yang penuh berkah mulai perlahan meninggalkan setiap insan dalam penuh doa dan harapan, tangisan suka dan duka menyelimuti diri ini. Seperti belum usai, baru saja kemarin mendapatkan kejutan bulan puasa dengan jadwal yang tidak beraturan, dari mulai sahur yang begitu singkat, kemudian berbuka puasa dengan jangka waktu yang cukup lama, kurang lebih 17-19 jam setiap harinya. Namun, kini harus berpamitan.
Ini adalah Ramadhan pertama di langit Siberia yang akan menjadi saksi awal perjalanan di sini. Sungguh, ini takdir yang begitu dirindukan.
Selama 30 hari penuh lika-liku telah berlalu, pukul menunjukkan pada 07.00 pagi, saya pun bersiap-siap dan bergegas menuju KBRI Moskow. Sesampai di sana gema takbir di lapangan mulai menyeru, panggilan kemenangan bersorak gembira, berbalut bahagia juga pilu menyelimuti hati ini, momentum yang begitu dinanti-nanti setiap orang akhirnya hadir.
Alhamdulillahirabbil’alamin menjadi kalimat pertama yang terucap atas kesempatan yang Allah Subhanahu wa Ta'ala beri untuk saya merayakan hari mulia ini. Walaupun ada yang berbeda, di mana biasanya merayakan Idul Fitri bersama keluarga dan orang-orang tercinta, tapi sekarang harus terpisah dari mereka.
Tidak tahan perlahan air mata ini mulai menetes ketika terucap “Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillah Ilham” begitu dahsyat rindu ini sampai tak dapat terbendung, namun harus tertuang melalui video call saja. “Nikmat Tuhan mana lagi yang engkau dustakan".
Wallahu a'lam bisshawab.
Penulis:
Krishna Jawara Nur Maulana
Pelajar Indonesia di Rusia
(Hantoro)