Setelah selesai dengan pekerjaannya, para ulama ini mendapat imbalan beberapa ikat buah kurma dari warga setempat. Mereka senang bukan main. Para ulama itu senang bukan karena mendapatkan kurma, tetapi memiliki alasan untuk menyampaikan kepada Abu Nawas dan Baginda Raja bahwa pendapat mereka soal rezeki adalah benar.
"Kita mendapatkan buah kurma karena berusaha dan bekerja, sedangkan Abu Nawas hanya diam di rumah, mana mungkin dia mendapatkan kurma. Ini menunjukkan bahwa rezeki bisa didapat bila mencarinya dan bekerja, jadi pendapat kita sudah benar. Besok kita bawa ini sebagai buktinya kita tunjukkan kepada Abu Nawas dan Baginda Raja," kata salah satu ulama kepada kawannya.
Maka pada keesokan harinya para ulama ini datang ke istana. Sesampainya di sana ternyata sudah ada Abu Nawas duduk di hadapan Baginda Raja. Melihat para ulama sudah datang, Baginda Raja segera menyambutnya.
"Kemarilah, silakan duduk tuan-tuan," sambut Baginda Raja.
Mereka lalu duduk bersebelahan dengan Abu Nawas. Salah satu ulama kemudian berkata, "Ampun Paduka yang mulia, sesuai dengan janji kami, kami membawakan bukti atas pendapat kami. Kami rasa pendapat Abu Nawas kurang tepat, justru pendapat kamilah yang lebih tepat."
Mendengar hal itu, Baginda Raja pun bertanya, "Bukti apa yang kalian bawa?"