Hal serupa juga disampaikan oleh seorang sahabat bernama Abu Hurairah, beliau meriwatkan:
فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ وَسَلَّمَ ثُمَّ كَبَّرَ ثُمَّ سَجَدَ ثُمَّ كَبَّرَ فَرَفَعَ ثُمَّ كَبَّرَ وَسَجَدَ ثُمَّ كَبَّرَ وَرَفَعَ
"Lalu beliau sholat dua rakaat lagi (yang tertinggal), kemudia beliau salam. Sesudah itu beliau bertakbir, lalu bersujud. Kemudian bertakbir lagi, lalu beliau bangkit. Kemudian bertakbir kembali, lalu beliau sujud kedua kalinya. Sesudah itu bertakbir, lalu beliau bangkit." (HR Bukhari nomor 1229 dan Muslim: 573)
Dari kedua hadits tersebut bisa disimpulkan jika sujud sahwi bisa dilakukan sebelum maupun sesudah sholat. Sujud ini dilakukan sebagaimana sujud pada umumnya, yaitu dilakukan sebanyak dua kali.
Tata caranya pun sama seperti sujud lainnya pada saat sholat. Sebagaimana dijelaskan oleh Syekh Ahmad bin Muhammad al Khatib dalam kitab Mughnil Muhtaj:
وَكَيْفِيَّتُهُمَا (كَسُجُودِ الصَّلَاةِ) فِي وَاجِبَاتِهِ وَمَنْدُوبَاتِهِ كَوَضْعِ الْجَبْهَةِ وَالطُّمَأْنِينَةِ وَالتَّحَامُلِ وَالتَّنْكِيسِ وَالِافْتِرَاشِ فِي الْجُلُوسِ بَيْنَهُمَا وَالتَّوَرُّكِ بَعْدَهُمَا وَيَأْتِي بِذِكْرِ سُجُودِ الصَّلَاةِ فِيهِمَا
"Tata cara sujud sahwi seperti sujud sholat di dalam kewajiban dan kesunnahannya. Misal, meletakkan dahi, thuma'ninah, menahan dan menundukan ketika sujud, duduk iftirasy saat duduk di antara sujud sahwi, duduk tawaruk ketika selesai melakukan sujud sahwi, dan membaca dzikir seperti biasanya di dalam sujud sholat." (Mughnil Muhtaj, 438)
Menurut pendapat para ulama, untuk melakukan sujud sahwi tidak perlu melakukan takbiratul ihram. Hal yang perlu dilakukan adalah membaca takbir ketika akan sujud dan saat hendak bangkit dari sujudnya.