JAKARTA - Jamaah haji kloter 36 embarkasi Surabaya (SUB-36) akhirnya terbang dari Bandara King Abdul Aziz, Jeddah menuju bandara Juanda, Surabaya. Penerbangan itu setelah sebelumnya mengalami delay selama empat jam.
Mereka menjadi penutup penerbangan gelombang I dari bandara Jeddah, dengan total 98.808 jamaah. Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (Dirjen PHU) Hilman Latief berharap tidak ada lagi keterlambatan pemulangan di Gelombang 2 dari Madinah.
BACA JUGA:
Jamaah SUB 36 seharusnya sudah harus terbang menuju Indonesia pada pukul 05.50 waktu Arab Saudi. Penerbangan tertunda karena alasan teknis menjadi Pukul 10.30 WAS. Keterlambatan tersebut membuat jamaah menghabiskan waktu menunggu mereka tertidur di sembarang tempat. Ada yang tidur di musholla di plasa B1, di lantai bahkan di luar plasa.
Apalagi, sesuai ketentuan jamaah sudah harus didorong menuju bandara 6 jam sebelum jam terbang. Sehingga, jamaah sudah berada di bandara mulai pukul 00.30 Waktu Arab Saudi.
Sebagai kompensasi, pihak maskapai dalam hal ini Saudi Air Line memberikan kompensasi berupa Makan Pagi yang dibagikan saat jamaah sudah masuk ke gate atau ruang tunggu bandara. Pemulangan jamaah haji gelombang I sudah dimulai sejak 4 Juli 2023. Mereka adalah jamaah yang telah merampungkan semua rangkaian kegiatan haji, mulai dari Madinah sampai Makkah.
Mulai dari ibadah arbain (40 hari berturut turut sholat berjamaah di Masjid Nabawi) sampai pelaksanaan thawaf wada sebagai tanda perpisahan dengan Makkah setelah melaksanakan puncak haji dari Arafah, Muzdalifah sampai Mina.
"Alhamdulillah saat ini kita sudah di tahap akhir untuk pengiriman jemaah haji melalui Bandara Jeddah. InsyaAllah sebagiannya akan ke Madinah," kata Hilman, sebelum bertolak meninggalkan Jeddah menuju ke Indonesia, Selasa, 18 Juli 2023 malam.
Dijelaskan Hilman, pihaknya sedang mempelajari banyak hal terkait skenario penataan dan perbaikan penyelenggaraan haji tahun mendatang. PHU sedang mendesain bagaimana sebetulnya konteks keberangkatan dan kepulangan. Misal tentang jadwal penerbangan.
"Apakah ritmenya landai di awal, tinggi di tengah, landai di belakang, rata dari awal sampai akhir, ataukah naik turun. Ritmenya sedang kami pelajari," tambah Hilman yang juga ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah tersebut.
Perbaikan lain, tambah Hilman, mendesain ulang tentang lama tinggal jamaah di Madinah dan Makkah. Harapannya, masa tinggal bisa diperpendek. Tapi semua itu tergantung regulasi pemerintah kerajaan Arab Saudi. Selama ini, masa tinggal jamaah haji di Arab Saudi berkisar antara 40 sampai 42 hari. Jamaah haji dibagi dalam dua gelombang; gelombang pertama mendarat di Madinah dan pulang dari Jeddah.
Sedangkan gelombang kedua mendarat di Jeddah, dan kembali ke Tanah Air melalui bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz, Madinah. Masa tunggu itu terkait dengan ketersediaan jadwal pernerbangan dari bandara yang diatur pemerintah Arab Saudi. Indonesia sebagai negara pengirim jumlah haji terbanyak, juga harus berbagai dengan negara lain.
Sedangkan terkait pemulangan dari Madinah, Hilman menjelaskan, merupakan jamaah haji gelombang 2 yang telah tinggal di Madinah antara 8 sampai 9 hari. Sehingga mereka sudah menikmati ziarah di Madinah.
"Mudah mudahan tidak ada masalah secara teknis dari maskapainya sehingga tidak terjadi delay ataupun perubahan pesawat dan sebagainya. Kita terus berkomunikasi dan koordinasi dengan maskapai," tambah Hilman yang juga guru besar Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).
(Zuhirna Wulan Dilla)