Rumah Tangga Bahagia ala Sunnah Nabi, Gus Baha Bagikan Tipsnya

Hantoro, Jurnalis
Rabu 27 September 2023 07:27 WIB
Ilustrasi Gus Baha bagikan tips rumah tangga bahagia ala sunnah Nabi. (Foto: Istimewa/Sindonews)
Share :

GUS Baha membagikan tips rumah tangga bahagia ala sunnah Nabi. Pernikahan merupakan sebuah ikatan suci yang disunnahkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam.

Menikah tangga hukumnya sunnah bagi mereka yang sudah mampu lahir dan batin. Terkait rumah tangga, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam kitab suci Alquran:

وَأَنْكِحُوا الْأَيَامَى مِنْكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ إِنْ يَكُونُوا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

"Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui." (QS An-Nur: 32)

Setelah melangsungkan pernikahan, kedua belah pihak akan memiliki orangtua baru yang disebut mertua. Islam mengajarkan untuk tidak membedakan antara mertua dan orangtua kandung.

Sebab, setelah menikah akan sama-sama bertanggung jawab atas mereka. Sebagai mertua tentunya ada hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyikapi kehadiran menantu.

KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau akrab disapa Gus Baha mengatakan mertua tidak perlu banyak menuntut dari menantunya. Mertua sejatinya mengikhlaskan anaknya menikah semata-mata untuk mengikuti tuntunan sunnah Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam.

"Tugasnya mertua itu ya pokoknya sabar ikhlas. Enggak usah berharap menantunya punya prestasi. Karena dulu jenengan (kamu) enggak siap dituntut mertua, maka jangan menuntut menantu. Jadi, mertua enggak usah menuntut menantu. Mertua mesti ikhlas anak dan menantu melaksanakan sunnah Rasul," kata Gus Baha dalam nasihat pernikahan yang dilansir laman Jatman.

Ia mengatakan bahwa menikah adalah sunnah, sehingga ketika hendak melakukannya, seseorang tidak perlu menunggu sukses. "Pokoknya nikah itu sudah ibadah, sudah menjadi sesuatu yang membanggakan," imbuhnya.

Sedangkan untuk kedua mempelai, Gus Baha berpesan agar jangan membahas hal yang serius. "Itu pesan kanjeng Nabi, bukan pesan saya. Jadi syaratnya, nikah itu tidak boleh membicarakan hal yang serius. Karena di antara anjuran Rasulullah itu ada tiga riwayat yang semua maknanya sama," ungkapnya. 

Menurut Gus Baha, rumus pernikahan itu harus mula'abah atau rileks membicarakan hal yang tidak penting. "Mula'abah-nya Rasulullah itu kalau bersama istrinya benar-benar santai. Memanggil istrinya Aisyah dengan ungkapan Ya Humaira (yang kemerah-merahan). Ketika Aisyah meminta tontonan, li'bul habasyah (permainan orang Habasyah), itu juga disetujui oleh Rasulullah," kata Gus Baha.

"Jadi ciri utama pernikahan yang diridhai Allah Subhanahu wa Ta'ala adalah mula'abah," tambah Rais Syuriah PBNU ini.

Teringat dawuh almarhum Kiai Maimoen Zubair atau Mbah Moen, Gus Baha mengatakan bahwa ketika Allah Subhanahu wa Ta'ala mengharamkan menikahi musyrikah sebagaimana disebutkan dalam Surat Al Baqarah Ayat 221:

وَلَا تَنكِحُواْ ٱلۡمُشۡرِكَٰتِ حَتَّىٰ يُؤۡمِنَّۚ

"Dan janganlah kamu nikahi perempuan musyrik, sebelum mereka beriman." (QS Al Baqarah: 221)

Gus Baha menambahkan, tidak boleh laki-laki mukmin menikahi perempuan musyrik. Begitupun perempuan mukminah tidak boleh menikahi pria musyrik. Allah Azza wa Jalla memperingatkan dengan mengatakan:

أُوْلَٰٓئِكَ يَدۡعُونَ إِلَى ٱلنَّارِۖ

"Mereka mengajak ke neraka."

Bahwa nikah yang salah itu mengajak ke neraka. Tetapi kalau menikah dengan mukminah itu diredaksikan dengan kalimat:

وَٱللَّهُ يَدۡعُوٓاْ إِلَى ٱلۡجَنَّةِ

"Sedangkan Allah mengajak ke surga."

Dapat ditafsirkan bahwa menikahnya mukmin dan mukminah itu ganjarannya surga. "Nah, makna surga itu apa? Ya rileks, enggak bahas warisan, enggak bahas dunia, syukur-syukur enggak punya utang. Tapi yang penting, ciri utama pokok surga itu penuh dengan kenikmatan," bebernya.

"Poin selanjutnya adalah وَٱلۡمَغۡفِرَةِ Allah mudah mengampuni. Karena barokahnya nikah itu sudah luar biasa sehingga kesalahan-kesalahan yang terjadi. Salah paham dengan mertua, dengan ipar dan lain sebagainya, semua itu hal yang dimaklumi," tuturnya. 

Pergauli Istri dengan Baik 

Selain itu, Gus Baha juga mengingatkan bahwa sedari awal Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan untuk menggauli istri dengan baik dan patut. Sebagaimana firman Allah Ta'ala dalam Surat An-Nisa Ayat 19:

وَعَاشِرُوهُنَّ بِٱلۡمَعۡرُوفِ

"Dan bergaullah dengan mereka secara patut."

"Pokoknya seorang istri digauli secara baik dan lanjutan setelah itu adalah kalau suatu saat kalian tidak cocok (فَإِن كَرِهۡتُمُوهُنَّ). Maka kata Allah Subhanahu wa Ta'ala dinikmati saja, karena itu menambah khazanah, menambah kearifan, menambah kedewasaan," terang Gus Baha.

Secara ilmiah, suami istri tentu banyak perbedaan, mulai perbedaan watak, gen, maupun latar belakang. Sehingga kesalahpahaman dan konflik lumrah terjadi dalam rumah tangga.

"Saya minta nikah itu mula'abah. Diingat-ingat ini nasihatnya Nabi. Jadi rileks, jangan membicarakan nanti tinggal di mana? Kerja di mana? Pokoknya yang ruwet-ruwet dihilangkan," jelasnya.

Sebab, Nabi dengan istrinya penuh dengan mula'abah dan penuh guyonan. Pernah Aisyah cemburu karena Nabi sering menyebut Khadijah. Aisyah kemudian berkata, "Ya Rasulullah, jangan sering sebut (Khadijah), engkau telah diberi ganti yang lebih muda."

Fatimah lalu berkonsultasi kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam karena merasa ibunya dicibir. Jawaban Nabi ternyata unik dan rileks.

"Ya bilang saja, hebat ibuku. Ibuku itu janda dapat jejaka. Kamu meski perawan, dapat duda. Nabi justru menjawab dengan santai dan logika. Tidak lantas langsung berkata, 'Huss kualat, tidak baik," pungkasnya.

Wallahu a'lam bisshawab

(Hantoro)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Muslim lainnya