Dilansir laman Miracle of the Quran, semut memiliki kehidupan sosial yang teratur dan sebagai kebutuhan dari kehidupannya, memiliki cara komunikasi yang kompleks.
Semut-semut disebut memiliki sensor di kepalanya yang memiliki muatan kimia dan sinyal visual yang dikirimkan dan dikenali kepada jutaan koloni semut lainnya.
Otaknya sendiri memiliki setengah juta sel saraf yang terhubung ke mata majemuk, dan antena yang befungsi sebagai hidung dan alat peraba.
Bahkan jika manusia menyadarinya, semut memiliki beraneka macam metode untuk berkomunikasi dengan sensor yang sangat sensitifnya. Mereka menggunakan organ tersebut setiap saat untuk menemukan sumber makanan dan menemukan koloni lainnya.
Reaksi dalam berkomunikasi yang dimiliki semut dapat dikategorikan sebagai alarm, perekrutan, dandan, pertukaran cairan oral dan anal, efek kelompok, pengakuan, dan penentuan kasta.
Cara berkomunikasi semut tersebut berada pada tingkat kimiawi yang dikenal sebagai feromon, yakni senyawa kimia yang dirasakan oleh bau dan disekresikan oleh kelenjar internal. Selain itu, mereka memainkan peran paling penting dalam mengorganisasi masyarakat semut.
Ketika seekor semut mengeluarkan feromon, semut lainnya menerimanya dengan cara bau atau rasa dan sepatutnya akan merespons.
Penelitian feromon semut telah mengungkapkan jika semua sinyal yang dipancarkan sesuai dengan kebutuhan koloni. Selain itu, intensitas feromon yang dipancarkan juga bervariasi sesuai dengan urgensi situasi.
Hal tersebut memberikan penjelasan bahwa Alquran menekankan fakta ini 1.400 tahun lalu, saat tidak ada pengetahuan tentang semut yang menjadi salah satu dari keajaiban ilmiah.
Wallahu a'lam bisshawab.
(Hantoro)