Abu Thalib, paman Nabi Muhammad SAW, dikenal sebagai pelindung utama Nabi selama masa dakwah di Mekkah. Meski tidak memeluk Islam, Abu Thalib memainkan peran penting dalam menjaga keselamatan Nabi dari ancaman kaum Quraisy.
Sayangnya, Abu Thalib wafat pada bulan Rajab tahun ke-10 kenabian, saat sakit parah yang dideritanya tak kunjung sembuh.
Pada saat-saat terakhir hidupnya, Rasulullah SAW berada di sampingnya dan memintanya untuk mengucapkan kalimat tauhid. Namun, hingga ajal menjemput, Abu Thalib tidak sempat mengucapkannya. Wafatnya Abu Thalib menjadi kehilangan besar bagi Nabi, karena setelah itu tekanan dan ancaman dari kaum Quraisy semakin meningkat.
Perang Tabuk yang terjadi pada bulan Rajab tahun ke-9 Hijriah menjadi bukti keberanian umat Islam dalam menghadapi ancaman besar dari Kekaisaran Romawi. Ekspedisi ini berlangsung selama 50 hari, termasuk perjalanan pulang pergi dari Madinah ke Tabuk. Meski akhirnya tidak terjadi pertempuran karena pasukan musuh mundur, perang ini menunjukkan kesiapan umat Islam menghadapi tantangan besar.
Pasukan Muslim, yang dipimpin langsung oleh Rasulullah SAW, membawa semangat tinggi meski menghadapi perjalanan panjang dan medan berat. Peristiwa ini juga memperkuat posisi umat Islam sebagai kekuatan yang diperhitungkan di jazirah Arab.
Pada tahun kelima kenabian, kaum Muslimin menghadapi tekanan luar biasa dari kaum Quraisy. Untuk menyelamatkan diri dan menjaga keberlangsungan dakwah Islam, sekelompok kecil Muslim memutuskan untuk hijrah ke Ethiopia. Peristiwa ini terjadi pada bulan Rajab dan dipimpin oleh Utsman bin Affan.
Rombongan ini terdiri dari 16 orang, termasuk 12 laki-laki dan 4 perempuan. Salah satu peserta hijrah adalah Ruqayyah, putri Nabi Muhammad SAW. Ethiopia dipilih karena rajanya, Negus (Najasyi), dikenal sebagai pemimpin yang adil dan toleran terhadap agama lain. Peristiwa hijrah ini menjadi langkah awal perlindungan bagi kaum Muslim dari ancaman kaum Quraisy.