Penyebab Pahala Nisfu Syaban Tidak Diterima Allah

Dimas Bihar Ulum, Jurnalis
Rabu 15 Januari 2025 17:53 WIB
Penyebab Pahala Nisfu Syaban Tidak Diterima Allah (Freepik)
Share :

JAKARTA - Malam nisfu Syaban dikenal sebagai lailatul maghfirah atau malam pengampunan. Pada momen ini Allah SWT menawarkan ampunan kepada hamba-hamba-Nya. Namun, terdapat beberapa penyebab pahala nisfu Syaban tidak diterima, yaitu melakukan dosa. 

Melakukan perbuatan dosa bisa menjadi penghalang diterimanya pahala dan ampunan pada malam istimewa ini. 

Untuk itu, artikel ini akan membahas mengenai dosa-dosa tersebut agar dapat menghindarinya dan meraih keutamaan malam nisfu Syaban, sebagaimana melansir laman NU, Rabu (15/1/2025): 

Dosa yang Tidak Diampuni saat Nisfu Syaban

1. Syirik (Menyekutukan Allah)

Syirik adalah dosa terbesar dalam Islam, yaitu menyekutukan Allah dengan sesuatu yang lain. Allah SWT berfirman dalam Alquran:
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَىٰ إِثْمًا عَظِيمًا
Artinya: "Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar." (QS. An-Nisa: 48).
Pada malam nisfu Syaban, Allah SWT mengampuni dosa-dosa hamba-Nya kecuali mereka yang melakukan syirik. Oleh karena itu, menjauhi segala bentuk kemusyrikan sangat penting untuk meraih ampunan Allah.

2. Munafik yang Menyebabkan Perpecahan

Orang munafik yang menimbulkan perpecahan di tengah umat juga termasuk golongan yang tidak mendapatkan ampunan pada malam Nisfu Syaban. 

"Allah memandang semua makhluk-Nya pada malam Nisfu Sya'ban kemudian mengampuni dosa mereka kecuali dosa musyrik dan dosa kemunafikan yang menyebabkan perpecahan." 
(HR. Ibnu Majah(No.1390) dan At-thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir).

Para ulama berbeda pendapat tentang keshahihan hadis ini. Sebagian menilainya sebagai hadist hasan karena memiliki banyak jalur periwayatan yang saling menguatkan, sehingga dapat diamalkan dalam konteks keutamaan amal (fadha'il amal). Namun, sebagian ulama lain menganggapnya dha'if (lemah) karena terdapat kelemahan dalam sanadnya.
Jadi Jika sifat munafik memicu perpecahan maka akan menghalangi seseorang dari rahmat dan ampunan Allah pada malam yang penuh berkah ini.

3. Durhaka kepada Orang Tua

Allah SWT berfirman :

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا ۖ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا

Artinya: “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” (QS An-Nisa : 36).

 

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Muslim lainnya