JAKARTA - Ibadah haji merupakan rukun Islam kelima yang mengharuskan umat Muslim menjalankan serangkaian ritual di Tanah Suci. Salah satu komponen penting dalam rangkaian ibadah haji adalah mabit, yaitu bermalam di Muzdalifah dan Mina. Mabit memiliki peran krusial dalam menyempurnakan pelaksanaan haji(wajib), dan banyak ulama yang mewajibkannya berdasarkan dalil-dalil syar'i.
Secara harfiah, mabit berasal dari bahasa Arab "baata" yang berarti bermalam. Dalam konteks haji, mabit merujuk pada kegiatan bermalam atau singgah sementara di Muzdalifah dan Mina. Setelah wukuf di Arafah pada 9 Dzulhijjah, jamaah haji bergerak menuju Muzdalifah untuk bermalam hingga tengah malam atau menjelang fajar.
Kemudian, mereka melanjutkan perjalanan ke Mina untuk melaksanakan mabit selama hari-hari Tasyrik (11, 12, dan 13 Dzulhijjah).
Kewajiban mabit di Muzdalifah didasarkan pada firman Allah SWT dalam Surah Al-Baqarah ayat 198:
"فَإِذَا أَفَضْتُم مِّنْ عَرَفَاتٍ فَاذْكُرُوا اللَّـهَ عِندَ الْمَشْعَرِ الْحَرَامِ..."
Artinya: "Apabila kamu telah bertolak dari Arafah, maka berdzikirlah kepada Allah di Masy'aril Haram..."