Kisah 3 Sahabat Nabi Pertahankan Keimanannya Meski Disiksa Kaum Quraisy

Erha Aprili Ramadhoni, Jurnalis
Sabtu 19 Juli 2025 15:41 WIB
Kisah 3 Sahabat Nabi Pertahankan Keimanannya Meski Disiksa Kaum Quraisy (Ilustrasi/Freepik)
Share :

JAKARTA - Saat masa-masa awal Islam di Makkah, sejumlah sahabat nabi menghadapi cobaan. Mereka bahkan menerima siksaan demi mempertahankan keimanannya kepada Allah SWT. 

Pada masa-masa itu, kaum Quraisy sebagai penguasa Makkah terancam dengan dakwah Islam yang dibawa Nabi Muhammad. 

Mereka kemudian melampiaskan kekesalannya kepada sejumlah sahabat nabi, terutama mereka yang berasal dari kalangan lemah, seperti budak, orang miskin, dan mereka yang tidak memiliki perlindungan klan yang kuat. 

Mereka diancam, boikot, dikucilkan hingga disiksa agar meninggalkan Islam. Meski begitu, sejumlah sahabat nabi berhasil mempertahankan keimanannya. 

Berikut kisah 3 sahabat nabi tetap mempertahankan keimanannya, meski disiksa:

1. Bilal bin Rabah 

Sahabat Nabi SAW yang pertama kali mengalami penyiksaan tragis adalah Bilal bin Rabah. Melansir laman NU, ia adalah budak berkulit hitam dari Habasyah. Bilal  menghabiskan hari-harinya bekerja untuk Umayyah bin Khalaf, salah satu pembesar Quraisy. 

Ketika Umayyah mengetahui Bilal telah memeluk Islam, kemarahannya memuncak. Ia menyeret Bilal keluar saat matahari sedang terik dan melemparkannya ke hamparan padang pasir yang panas membara. Tidak cukup sampai di situ, Umayyah memerintahkan agar sebuah batu besar diletakkan di atas dada Bilal, seraya berkata dengan congkak, “Siksa ini akan terus berlangsung sampai kamu mati atau mengingkari Muhammad dan menyembah Latta serta Uzza.” 

Namun, Bilal tidak sedikit pun tergoyahkan. Dengan penuh keyakinan, ia menjawab, “Ahad, ahad,” yang berarti “Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan Yang Maha Esa.” Keteguhannya akhirnya dilihat oleh Abu Bakar As-Shiddiq yang kebetulan lewat. Abu Bakar kemudian membeli Bilal dari Umayyah dan memerdekakannya. (Ibnu Hajar al-‘Asqalani, Al-Ishabah fii Tamyizis Shahabah, [Beirut: Darul Kutub al-‘Ilmiyah, 1996], jilid I, halaman 456)

2. Keluarga Yasir 

Kisah tragis berikutnya dialami keluarga Yasir. Keluarga mereka terdiri atas Yasir, Sumayyah binti Khiyath, dan anak mereka, Ammar bin Yasir. Keluarga ini disiksa secara kejam oleh Bani Makhzum, salah satu klan penguasa di Makkah, karena menolak meninggalkan Islam. 

Mereka disiksa saat siang hari terik. Mereka dijemur di bawah matahari menyengat dan disiksa dengan pasir panas yang membakar kulit. Saat itu, Nabi Muhammad SAW kebetulan melintas dan menyaksikan penderitaan mereka. Tak mampu berbuat banyak, beliau hanya bisa berkata, “Bersabarlah wahai keluarga Yasir, sungguh surga telah dijanjikan untuk kalian.” 

 

Dalam peristiwa itu, Sumayyah binti Khiyath tak kuat menahan siksaan yang mengerikan. Ia meninggal dunia. Namun, hingga akhir hayatnya, ia tetap teguh pada keimanan dan menolak meninggalkan Islam. (Abdul Malik bin Hisyam, Sirah Ibnu Hisyam, [Beirut: Darul Kutub al-Ilmiyah, 2002], jilid I, halaman 319). 

3. Abdullah bin Hudzafah 

Sahabat Nabi SAW berikutnya yang disiksa karena keimanannya adalah Abdullah bin Hudzafah bin Qais bin Adiy, yang lebih dikenal sebagai Abu Hudzafah As-Sahmi. Ia termasuk As-Sabiqunal Awwalun, golongan pertama yang memeluk Islam di Makkah. Ia turut berhijrah ke Habasyah serta menjadi delegasi Nabi SAW ke Raja Persia. (Adz-Dzahabi, Siyar A’lamin Nubala, [Beirut: Muassasah Ar-Risalah, 1985], jilid II, halaman 11). 

Kisahnya berawal saat Khalifah Umar mengirim pasukan ke Roma. Abdullah turut serta dalam rombongan tersebut. Sesampainya di sana, Raja Roma bertanya, “Apakah kelompok ini pengikut Muhammad?” Ia lalu menawarkan, “Maukah engkau menjadi Nasrani? Jika ya, aku akan berikan setengah kerajaanku.” 

Abdullah menjawab dengan tegas. “Meski kau berikan seluruh kekayaanmu dan semua kerajaan di tanah Arab, aku tak akan pernah meninggalkan agama Muhammad, bahkan sekadar terlintas di pikiranku.” 

Raja murka mendengar jawaban itu dan mengancam, “Jika begitu, aku akan membunuhmu.” Dengan tenang, Abdullah menjawab, “Silakan.”

Raja  memerintahkan pasukannya untuk menyalib Abdullah dan memanah tubuhnya dari jarak dekat. Dalam kondisi itu, Raja kembali menggoda agar ia meninggalkan Islam, tetapi Abdullah tetap menolak keras. Kemarahan Raja memuncak, ia menurunkan Abdullah dari salib dan menyiramnya dengan air mendidih. (Adz-Dzahabi, Siyar A’lamin Nubala, jilid II, halaman 14) 


Wallahualam 
 

(Erha Aprili Ramadhoni)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Muslim lainnya