Hadirin jamaah sholat Jumat yang dirahmati Allah,
Pesan yang tersirat dalam kisah tadi begitu kuat: meskipun ibu telah tiada, kesempatan berbakti masih terbuka melalui orang-orang terdekatnya, seperti bibi dari pihak ibu. Islam memberikan ruang luas bagi hamba untuk menebus dosa dengan amal kebajikan, terutama melalui bakti kepada orang tua.
Selain pengampunan dosa, hadirin sekalian, anugerah lain dari berbakti kepada orang tua adalah terbukanya pintu rezeki. Disebutkan dalam sebuah kisah tentang seorang pemuda dari kalangan Bani Israil. Ia dikenal sangat berbakti dan taat kepada ibunya. Segala urusan, termasuk keputusan jual-beli, selalu ia sesuaikan dengan kerelaan sang ibu.
Suatu ketika, ibunya berpesan:
فَلَا تَبِعْهَا إِلَّا بِمِلْءِ مَسْكِهَا دَنَانِيْرَ فَأَمْسَكَهَا
Artinya: "Jangan engkau jual sapi itu kecuali seharga dinar yang memenuhi kulitnya."
Maka ia pun menahan diri dan tidak menjualnya sembarangan.
Akhirnya, atas izin Allah SWT, kaum Bani Israil yang sedang mencari sapi untuk dijadikan tebusan atas pembunuhan yang belum terungkap, menemukan bahwa hanya sapi milik pemuda itulah yang memenuhi seluruh kriteria yang ditetapkan oleh Nabi Musa AS. Maka sapi itu dibeli dengan harga sebagaimana permintaan ibunya, dinar yang memenuhi kulitnya. Kisah ini disebutkan dalam Tafsir al-Baghawi, Jilid I, halaman 128.
Hadirin jamaah sholat Jumat yang dirahmati Allah, Anugerah berikutnya bagi mereka yang berbakti kepada orang tua adalah terkabulnya doa. Kisah yang paling masyhur adalah tentang seorang pemuda dari Yaman bernama Uwais al-Qarni. Rasulullah SAW menyebut namanya secara khusus, bahkan berpesan kepada para sahabat, jika suatu saat bertemu dengannya, maka mintalah agar ia memohonkan ampunan kepada Allah untuk mereka.
Rasulullah SAW bersabda:
فَمَنْ لَقِيَهُ مِنْكُمْ فَلْيَسْتَغْفِرْ لَكُمْ
Artinya: "Siapa saja di antara kalian bertemu dengannya, maka mintalah dia memohonkan ampunan (kepada Allah) untuk kalian."
Mengapa demikian, hadirin sekalian?
Karena Uwais al-Qarni adalah sosok yang sangat berbakti kepada ibunya. Ia rela tidak ikut berhijrah dan meninggalkan kesempatan bertemu Nabi SAW secara langsung, demi merawat ibunya yang sudah tua. Bakti dan kesetiaannya inilah yang mengangkat derajatnya di hadapan Allah dan Rasul-Nya. Kisah ini tercantum dalam Syarah Shahih Muslim, Jilid XVI, halaman 96.