JAKARTA - Gerhana merupakan fenomena alam saat bulan, matahari, dan bumi berada dalam satu garis lurus. Di balik fenomena alam ini, ada hikmah dan pelajaran yang bisa didapat manusia.
Diketahui, berdasarkan data astronomi, fenomena ini dapat disaksikan di seluruh wilayah Indonesia pada 7-8 September 2025. Gerhana bulan dimulai dengan fase sebagian pada Minggu malam pukul 23.27 WIB, 00.27 Wita, dan 01.27 WIT. Fase awal total diperkirakan terjadi pada pukul 00.31 WIB, 01.31 WITA, dan 02.31 WIT. Puncak gerhana diperkirakan berlangsung pada pukul 01.11 WIB, 02.11 WITA, dan 03.11 WIT.
Gerhana kemudian berlanjut ke fase akhir total pada pukul 01.52 WIB, 02.52 WITA, dan 03.52 WIT. Seluruh rangkaian gerhana diperkirakan selesai pada pukul 02.56 WIB, 03.56 WITA, dan 04.56 WIT.
Di balik peristiwa gerhana, ada hikmah yang bisa dipetik. Hal ini sebagaimana diungkap Imam Ibnul Mulaqqin dalam kitab At-Taudhih li Syarhil Jami`is Shahih, (Qatar: Wizaratul-Auqaf was Syu'unil Islamiyah: 2008), juz VIII, halaman 302, melansir laman Kemenag, Minggu (7/9/2025).
Berikut hikmah di balik gerhana:
Peristiwa gerhana menunjukkan bukti kekuasaan Allah SWT atas seluruh alam semesta. Bulan dan matahari yang mempunyai daya dan energi luar biasa itu tunduk sepenuhnya di bawah kendali Allah. Atas kuasa-Nya, kedua benda raksasa itu tetap berada di dalam orbit yang telah ditetapkan, tapi tidak saling bertabrakan.
Gerhana seolah menunjukkan bulan maupun matahari tidak layak untuk disembah. Alasannya karena kedua benda langit ini memiliki kelemahan dengan hilangnya cahaya dan fungsinya, lalu atas kehendak Allah semuanya dipulihkan kembali. Peristiwa ini membuktikan Allah SWT adalah Tuhan Yang Maha Sempurna dan wajib untuk disembah.
Fenomena gerhana bisa menjadi pengingat akan datangnya peristiwa dahsyat yang terjadi pada hari kiamat. Gambaran tersebut telah disebutkan dalam Alquran Surat Al-Qiyamah ayat 8-9, sebagaimana berikut:
وَخَسَفَ القَمَرُ (٨) وَجُمِعَ الشَّمْسُ وَالقَمَرُ (٩
Artinya: “Dan bulan pun telah hilang cahayanya(8), serta matahari dan bulan dikumpulkan(9),”
Ayat tersebut menyiratkan bagaimana peristiwa kiamat itu terjadi sehingga melalui gerhana, umat manusia bisa ingat dan sadar bahwa kehidupan di dunia ini hanya sementara. Dengan begitu bisa meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta istiqamah dalam ibadah sebagai bekal untuk kehidupan berikutnya.
Gerhana bisa dipandang sebagai gambaran kasih sayang Allah kepada makhluk-Nya. Sebelumnya, matahari dan bulan berjalan normal dalam garis edar, lalu terjadi perubahan dalam peredarannya, kemudian Allah mengembalikan lagi sebagaimana semula. Begitu pun dalam kehidupan manusia, tidak semuanya berjalan dengan ‘terang’ dan mulus karena ada fase ‘gelap’ yang menjadi dinamika kehidupan. Ketika kesulitan dilalui dan dinikmati dengan penuh kesabaran, tawakal, dan ikhtiar maksimal, pada akhirnya Allah akan memberikan berbagai kemudahan. Allah berfirman dalam surat Al-Insyirah ayat 5-6:
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا (٥) إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا(٦
Artinya: “Maka, sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan.”
Gerhana menggambarkan seakan-akan Allah sedang memberikan ‘musibah’ kepada bulan dan matahari yang tidak memiliki dosa. Hal ini memberikan pelajaran bahwa terkadang Allah memberikan musibah atau ujian kepada orang saleh agar bisa naik derajat. Tidak sedikit dari para nabi, wali, dan orang-orang saleh diuji dengan berbagai hal yang pada akhirnya mengantarkan mereka pada derajat spiritual yang tinggi.
Wallahualam
(Erha Aprili Ramadhoni)