Fenomena gerhana bisa menjadi pengingat akan datangnya peristiwa dahsyat yang terjadi pada hari kiamat. Gambaran tersebut telah disebutkan dalam Alquran Surat Al-Qiyamah ayat 8-9, sebagaimana berikut:
وَخَسَفَ القَمَرُ (٨) وَجُمِعَ الشَّمْسُ وَالقَمَرُ (٩
Artinya: “Dan bulan pun telah hilang cahayanya(8), serta matahari dan bulan dikumpulkan(9),”
Ayat tersebut menyiratkan bagaimana peristiwa kiamat itu terjadi sehingga melalui gerhana, umat manusia bisa ingat dan sadar bahwa kehidupan di dunia ini hanya sementara. Dengan begitu bisa meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta istiqamah dalam ibadah sebagai bekal untuk kehidupan berikutnya.
Gerhana bisa dipandang sebagai gambaran kasih sayang Allah kepada makhluk-Nya. Sebelumnya, matahari dan bulan berjalan normal dalam garis edar, lalu terjadi perubahan dalam peredarannya, kemudian Allah mengembalikan lagi sebagaimana semula. Begitu pun dalam kehidupan manusia, tidak semuanya berjalan dengan ‘terang’ dan mulus karena ada fase ‘gelap’ yang menjadi dinamika kehidupan. Ketika kesulitan dilalui dan dinikmati dengan penuh kesabaran, tawakal, dan ikhtiar maksimal, pada akhirnya Allah akan memberikan berbagai kemudahan. Allah berfirman dalam surat Al-Insyirah ayat 5-6:
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا (٥) إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا(٦
Artinya: “Maka, sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan.”
Gerhana menggambarkan seakan-akan Allah sedang memberikan ‘musibah’ kepada bulan dan matahari yang tidak memiliki dosa. Hal ini memberikan pelajaran bahwa terkadang Allah memberikan musibah atau ujian kepada orang saleh agar bisa naik derajat. Tidak sedikit dari para nabi, wali, dan orang-orang saleh diuji dengan berbagai hal yang pada akhirnya mengantarkan mereka pada derajat spiritual yang tinggi.
Wallahualam
(Erha Aprili Ramadhoni)