Marak Hoaks di Medsos, Ini Kunci Umat Islam Hadapinya

Erha Aprili Ramadhoni, Jurnalis
Sabtu 13 September 2025 16:29 WIB
Marak Hoaks di Medsos, Ini Kunci Umat Islam Hadapinya (Ilustrasi/Freepik)
Share :

JAKARTA - Pada saat ini arus informasi begitu deras. Sumbernya bisa berasal dari mana saja, terutama media sosial

Informasi-informasi yang tersebar kadang belum dapat dipastikan kebenarannya atau hoaks. Karena itu, sebagai umat Islam, harus dapat menyikapinya. 

Islam sebagai agama yang syamil (menyeluruh) tidak hanya mengatur aspek ibadah, tetapi juga memberikan perhatian besar terhadap persoalan informasi.

Dalam ajarannya, umat Islam diperintahkan berhati-hati dalam menerima dan menyebarkan kabar. Prinsip tabayun, yaitu meneliti kebenaran suatu informasi sebelum menyebarkannya, menjadi nilai utama untuk menjaga kebenaran dan mencegah fitnah.

Prinsip ini ditegaskan Allah SWT dalam Alquran surat Al-Hujurat ayat 6:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ جَاۤءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَاٍ فَتَبَيَّنُوْٓا اَنْ تُصِيْبُوْا قَوْمًا ۢ بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوْا عَلٰى مَا فَعَلْتُمْ نٰدِمِيْنَ
۝٦

“Wahai orang-orang yang beriman, jika seorang fasik datang kepadamu membawa berita penting, maka telitilah kebenarannya agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena ketidaktahuan (-mu) yang berakibat kamu menyesali perbuatanmu itu.” (QS Al-Hujurat: 6)

Melansir laman Muhammadiyah, Sabtu (13/9/2025), Prof Hamka dalam Tafsir Al-Azhar (2015: 417-419) menjelaskan, ayat ini merupakan peringatan tegas dari Allah SWT agar kaum beriman tidak tergesa-gesa mempercayai berita, terlebih jika datang dari orang fasik, yakni mereka yang gemar berdusta atau melakukan dosa.

Dia mengisahkan peristiwa turunnya ayat ini yang terkait al-Walid bin Uqbah. Saat itu, Nabi Muhammad SAW menugaskan al-Walid untuk memungut zakat dari Bani Musthaliq.

Namun, karena prasangka buruk dan rasa takut pribadi, al-Walid justru melaporkan kepada Nabi SAW bahwa mereka telah murtad. Rasulullah SAW hampir saja mengirim pasukan untuk menyerang, tetapi memilih melakukan penyelidikan terlebih dahulu. Hasilnya, laporan tersebut ternyata tidak benar.

Dari kisah ini, Prof Hamka menarik pelajaran penting bahwa menerima informasi tanpa tabayun dapat menimbulkan fitnah dan kezaliman.

 

Dia juga mengaitkan ayat ini dengan realitas masyarakat modern yang kerap termakan hoaks dan isu tanpa klarifikasi. Menurut Hamka, sikap kritis dan kehati-hatian adalah kunci untuk menjaga harmoni dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Jika melihat kondisi sekarang, pesan tabayun sangat relevan di tengah derasnya arus informasi digital.

Media sosial sering kali menjadi ruang subur bagi penyebaran kabar bohong (hoaks), fitnah, dan ujaran kebencian. Tanpa tabayun, masyarakat mudah terjebak pada konflik, saling curiga, dan perpecahan.

Karena itu, surat Al-Hujurat ayat 6 menjadi landasan moral agar umat Islam tidak terburu-buru mempercayai berita yang beredar. Prinsip tabayun adalah benteng sekaligus pedoman dalam bermedia, berinteraksi sosial, maupun dalam pengambilan keputusan.

Islam melalui ajaran tabayun mengingatkan kebenaran informasi adalah fondasi bagi keadilan dan persatuan.

Di era digital saat ini, nilai tersebut kian urgen untuk diamalkan agar masyarakat terhindar dari kezaliman informasi dan tetap terjaga dalam persaudaraan serta ketakwaan. Wallahualam

(Erha Aprili Ramadhoni)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Muslim lainnya