Kisah Imam Al-Ghazali yang Rendah Hati, Sapu Rumah Gurunya dengan Tangan

Erha Aprili Ramadhoni, Jurnalis
Kamis 16 Oktober 2025 18:42 WIB
Kisah Imam Al-Ghazali yang Rendah Hati, Sapu Rumah Gurunya dengan Tangan (Ilustrasi/Okezone)
Share :

JAKARTA -  Imam Al-Ghazali (450-505 H) merupakan ulama besar yang rendah hati. Bahkan ada satu kisah saat Imam Al-Ghazali menyapu lantai rumah gurunya menggunakan tangan sendiri.  

1. Kisah Imam Al-Ghazali

Dalam kitab Maraqil Ubudiyah ala Matan Bidayatil Hidayah (Semarang, Karya Toha Putra, t.t) halaman 85-86, Syekh Nawawi Al-Bantani menjelaskan kisah ini bermula dari saudaranya Al-Ghazali bernama Ahmad. Ia jarang terlihat menjadi makmum ketika Al-Ghazali menjadi imam sholat berjamaah.

Melansir laman Kemenag, Kamis (16/10/2025), suatu hari, Al-Ghazali meminta ibunya untuk menasihati Ahmad agar mau sholat berjamaah ketika Al-Ghazali menjadi imam di masjid. Hal ini menghindari fitnah atau opini liar yang berkembang di tengah masyarakat.

Ibunya kemudian menasihati Ahmad hingga akhirnya ia mau berangkat ke masjid dan menjadi makmum sholatnya Al-Ghazali. Namun ketika menjadi makmum, pandangan batin Ahmad melihat banyak darah dalam diri Al-Ghazali sehingga ia pun melakukan mufaraqah (memisahkan diri dari imam).

Usai sholat berjamaah, Al-Ghazali meminta klarifikasi dan menanyakan alasannya.

"Saat sholat aku melihat tubuhmu dipenuhi dengan darah," ucap Ahmad menjawab rasa penasaran Al-Ghazali.

Jawaban tersebut membuat Al-Ghazali terhenyak. Pasalnya, ia mengakui ketika sedang memimpin sholat, hatinya malah memikirkan permasalahan darah haid, khususnya soal mutahayyirah, yaitu wanita yang sudah haid dan suci, tapi kemudian mengalami pendarahan kembali.

Al-Ghazali kemudian merasa penasaran dengan keunikan ilmu yang dimiliki saudaranya itu. Pasalnya, dia bisa mengetahui apa yang sedang dipikirkan Al-Ghazali. Ahmad menjawab:

“Aku mempelajarinya dari Syekh Al-Atiqi, pekerjaannya menjahit dan memperbaiki sandal-sandal lama,” jawab Ahmad.

 

2. Al-Ghazali Berguru

Setelah mendapatkan identitas dan alamat lengkap syekh yang dimaksud, Al-Ghazali segera berangkat untuk menemui dan berguru kepadanya.

“Wahai tuan guru, aku ingin menjadi muridmu dan belajar ilmu kepadamu,” ucap Al-Ghazali saat bertemu dengan sosok guru zuhud itu.

Sepertinya sang guru meragukan niat dan keinginan Al-Ghazali. Ia kemudian mencoba menguji keseriusan Al-Ghazali.

“Sepertinya kamu tidak akan sanggup menaati perintahku,” jawabnya pada Al-Ghazali.

“Insya Allah aku sanggup,” tegas Al-Ghazali.

“Kalau begitu, coba sekarang kamu bersihkan lantai ini,” ucap sang guru memerintahkan Al-Ghazali.

Saat menatap sapu dan hendak mengambilnya, syekh yang khumul ini kemudian memerintahkan Al-Ghazali menyapu lantai itu tidak dengan sapu, tapi dengan tangannya sendiri. Al-Ghazali pun membuktikan keseriusannya. Ia membersihkan lantai dengan tangannya sendiri.

Tidak berhenti di sini, sang guru lagi-lagi memberikan ujian. Ia memerintahkan Al-Ghazali untuk membersihkan kotoran yang ada di sekitarnya.

“Bersihkan kotoran itu dengan baju yang kamu pakai,” perintahnya pada Al-Ghazali.

Ketika Al-Ghazali hendak melepas pakaiannya, sang guru kemudian melihat pancaran keikhlasan dalam diri Al-Ghazali. Ia pun segera mencegahnya lalu menyuruhnya pulang.

Sejak saat itu, Al-Ghazali merasakan ketenangan batin, hatinya terbuka, dan mampu menerima cahaya ilmu yang luar biasa dari Allah. Al-Ghazali kemudian menyadari semua ilmu yang sebelumnya ia ajarkan kepada murid-muridnya tampak begitu kecil dibandingkan ilmu yang Allah limpahkan ke dalam hatinya.


Wallahualam

(Erha Aprili Ramadhoni)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Muslim lainnya