Hal ini, lanjutnya, sejalan dengan peringatan Allah dalam Surah Al-Kahfi ayat 23–24 agar manusia tidak memastikan rencana masa depan tanpa menyebut insyaallah. Menurut Miftahulhaq, ayat tersebut mengajarkan sikap tawakal sekaligus kerendahan hati di hadapan kehendak Allah.
Menjelang tahun 2026, Miftahulhaq menegaskan bahwa umat Islam boleh dan bahkan dianjurkan untuk merencanakan berbagai hal. Namun, perencanaan itu harus dilandasi kesadaran bahwa hasil akhirnya adalah ketetapan Allah. Tahun 2025, katanya, seharusnya menjadi pelajaran dan pijakan untuk terus meningkatkan semangat beramal.
Ia juga mengingatkan agar umat Islam tidak terjebak pada keinginan mendapatkan penilaian manusia. Menurutnya, satu-satunya pihak yang berhak menilai amal perbuatan manusia adalah Allah SWT.
“Tugas kita hanyalah berproses dan beramal dengan sebaik-baiknya, semaksimal kemampuan yang kita miliki. Penilaian sepenuhnya milik Allah,” tegasnya.
Miftahulhaq menekankan pentingnya menjaga konsistensi dalam beramal, termasuk amal-amal kecil yang sering kali dianggap sepele. Ia mengutip Surah Az-Zalzalah bahwa kebaikan dan keburukan sekecil apa pun akan mendapatkan balasan dari Allah. Karena itu, ia mengingatkan agar tidak meremehkan amal kebaikan sekecil apa pun.