SURABAYA - Selain tempat hiburan malam yang bakal tutup selama satu bulan penuh, sejumlah panti pijat di Surabaya juga memilih untuk tidak beroperasi. Imbasnya, para terapis harus 'galau' lantaran selama satu bulan penuh tidak mendapatkan penghasilan.
Susi (27), bukan nama sebenarnya, seorang terapis panti pijat di Kawasan Jalan Irian Barat, Surabaya memilih untuk berdiam diri selama bulan Ramadan di dalam kos. Meski sudah menjadi terapis selama empat tahun, janda beranak satu itu tidak pernah mengaku kepada keluarga jika bekerja di panti pijat.
"Memang tempat kerja ini tutup, tapi kalau pulang selama satu bulan nanti keluarga curiga. Saya pamitnya bekerja di Pabrik, kalau lama di rumah nanti keluarga curiga," ujar perempuan asal Bojonegoro saat berbincang dengan Okezone, beberapa waktu lalu.
Susi mengaku, ketika awal Ramadan memang menyempat untuk pulang sebentar ke kampung halaman, setelah itu kembali ke Surabaya dan tinggal di dalam Kos.
“Mending di Surabaya. Baru nanti mendekati lebaran pulang, kan umumnya para pekerja juga pulang saat lebaran. Jadi nggak curiga kalau saya bekerja seperti ini," ujar perempuan berambul lurus ini.
Untuk kebutuhan sehari-hari, Susi mengaku sudah memiliki tabungan yang cukup dan disisihkan selama bekerja. Dalam bekerja itu, Susi juga menerima tips dari beberapa laki-laki yang menggunakan jasanya untuk memijat.
Jumlahnya berkisar antara Rp50 ribu hingga Rp100 ribu. Jumlah tersebut di luar tarif pijat yang dibayar melalui kasir sekitar Rp100 ribu.
Panti pijat tempat Susi bekerja memang tidak melayani pijat plus-plus. Di tempat ini, para terapis yang dominasi oleh Perempuan ini memang berbeda dengan panti pijat plus-plus di Surabaya.
(Kemas Irawan Nurrachman)