Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Ternyata, Orang Jepang Jauh Lebih Ingin Tahu tentang Islam

Intan Afika , Jurnalis-Senin, 01 Juli 2019 |14:29 WIB
Ternyata, Orang Jepang Jauh Lebih Ingin Tahu tentang Islam
Banyak orang Jepang yang tertarik dengan Islam (Foto: Travel Story)
A
A
A

Furat Bantan adalah penerjemah Saudi yang telah bekerja di Jepang selama 13 tahun terakhir. Ia mengatakan, tujuan hidupnya sederhana yakni menjadi salah satu penerjemah bahasa Arab terbaik di Jepang hingga menjadi jembatan antara dunia Arab dan Jepang.

Seperti dikutip dari Arab News pada Senin (1/7/2019), Bantan saat ini adalah penerjemah untuk Kedutaan Lebanon, setelah sebelumnya bekerja untuk Institut Islam Arab di Tokyo, Jepang.

masjid

(Foto: Japan Camp)

Lembaga itu merupakan afiliasi dari Universitas Islam Al-Imam Mohammad Ibnu Saud di Riyadh, yang merupakan hadiah bagi Jepang dari Pemerintah Saudi dengan harapan akan membantu membangun ikatan budaya dan menumbuhkan pemahaman budaya Arab.

"Saya ingin memperdalam pemahaman saya tentang budaya dan agama Jepang sehingga saya bisa menghubungkan cara berpikir mereka dan mampu menyampaikan ajaran Islam dengan cara yang bisa mereka terima dan pahami," kata Bantan kepada Arab News.

Islam adalah salah satu agama yang paling banyak dipraktekkan di dunia. Pusat Penelitian Pew menyatakan, jumlah Muslim sekitar 1,6 miliar di seluruh dunia.

Islam juga mengalami tingkat pertumbuhan tertinggi dari semua agama di dunia. Survei Pew memproyeksikan bahwa jumlahnya akan meningkat menjadi 2,8 miliar pada tahun 2050.

Namun, komunitas Muslim di Jepang sangat kecil dibandingkan dengan populasi Muslim di negara Asia Timur lainnya. Meskipun jumlah tepatnya tetap menjadi spekulasi, studi resmi menempatkannya pada angka 100.000-185.000.

Bagi sebuah negara dengan jumlah 126,8 juta orang memang tampak kecil. Dengan kata lain, Muslim kurang dari 0,1 persen dari populasi Jepang.

Walaupun jumlah Muslim di Jepang tidak seberapa, namun mereka hidup dengan penuh semangat. Sejumlah organisasi berdedikasi untuk melestarikan tradisi Islam dan menyediakan layanan keagamaan. Di antara yang menonjol adalah Japan Islamic Trust, Islamic Center of Japan, dan Nippon Asia Halal Association.

Ada lebih dari 200 masjid yang tersebar di seluruh negeri, mulai dari ukuran besar, struktur rumit seperti Tokyo Camii di distrik Shibuya kota hingga ruang salat kecil di universitas dan fasilitas transportasi umum.

Dalam beberapa tahun terakhir, Muslim Indonesia di Jepang telah mengorganisir sumbangan dan mengumpulkan dana untuk membangun masjid kecil di gedung apartemen dan kantor di daerah pedesaan untuk kepentingan umat Islam.

Institut Islam Arab Tokyo, tempat Bantan dulu bekerja, menyediakan kelas bahasa Arab gratis untuk warga Jepang yang tertarik mempelajari bahasa tersebut. Ternyata di luar dugaan, banyak sekali yang tertarik mengikuti kelas ini.

Orang Jepang jauh lebih ingin tahu tentang Islam dalam iklim politik saat ini. Bantan mengatakan, dia telah melihat banyak orang Jepang memeluk Islam setelah mendapat pelajaran dan bimbingan budaya dari organisasi Islam lokal.

"Kami bahkan memiliki pengkhotbah Islam Jepang sekarang, juga para ahli tentang Islam," ujar Bantan.

Alasan Muslim Jepang memiliki demografi kecil saat ini berhubungan dengan cara Islam mencapai negara itu. Sejarah agama Jepang sangat berbeda dengan kebanyakan negara Asia Timur lainnya, terutama Cina.

Di Cina, Islam telah dipraktikkan selama lebih dari 1.400 tahun sebagai hasil dari upaya sahabat Nabi Muhammad untuk mengunjungi Cina untuk berdagang dan menyebarkan pesan dari Islam.

Ibnu Khordadbeh, seorang ahli geografi Persia, diyakini sebagai orang pertama yang membawa Islam ke Jepang pada awal abad ke-9. Namun, populasi Muslim baru tumbuh setelah Revolusi Bolshevik, ketika Muslim Turko-Tatar yang melarikan diri dari Rusia diberi suaka di Jepang.

Para pengungsi ini kemudian melakukan kontak dengan penduduk setempat sehingga sejumlah orang Jepang memilih untuk masuk Islam. Peristiwa penting dalam sejarah Islam di Jepang adalah penyelesaian terjemahan Alquran pada tahun 1968 oleh Umar Mita, seorang Muslim Jepang yang nama aslinya adalah Ryoichi Mita.

Dengan persetujuan Liga Dunia Muslim di Makkah, Alquran Jepang pertama kali diterbitkan pada tahun 1972. Jepang modern memiliki hubungan bisnis yang luas dengan dunia Islam. Volume perdagangan tahunan antara Jepang dan Arab Saudi saja saat ini bernilai $ 26,67 miliar.

Bagi Arab Saudi, Jepang adalah tujuan ekspor global teratas, sumber modal asing terbesar kedua dan mitra dagang terbesar ketiga.

(Dyah Ratna Meta Novia)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita muslim lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement