Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Sering Lupa Bilangan Rakaat Salat, Bagaimana Solusinya?

Dimas Andhika Fikri , Jurnalis-Minggu, 14 Juli 2019 |05:30 WIB
Sering Lupa Bilangan Rakaat Salat, Bagaimana Solusinya?
Lupa Rakaat Salat ( Foto: Dailymail)
A
A
A

ا

وفي حد التطاول أوجه أحدها قال أبو إسحاق إن مضى قدر ركعة فهو تطاول وقد نص عليه الشافعي رحمه الله في البويطي والثاني أنه يرجع فيه إلى العرف والعادة فإن مضى ما يعد تطاولا استأنف وإن مضى ما لايعد تطاولا بنى والثالث قال أبو علي بن أبي هريرة إن مضى قدر الصلاة التى نسي فيها استأنف وإن كان دون ذلك بنى

Jika lupa sebagian rakaat shalat dan baru ingat setelah salam, kita boleh menambahkan rakaat yang dilupakan secara langsung bila selang waktunya tidak terlalu lama. Apabila jeda keduanya terlalu lama, kita wajib mengulang shalat secara keseluruhan.

Ustadz Fauzan Amin menambahkan, bila lupa rakaat saat salat, sebaiknya ingat dulu kapan Anda tiba-tiba kehilangan fokus. Terkadang ada orang yang lupa setelah bangkit dari sujud. Kalau seperti ini bisa menambahkan 1 rakaat lagi.

"Misalnya salat Maghrib 3 rakaat, tapi di rakaat 3 tiba-tiba lupa. Maka bisa ditambahkan 1 rakaat lagi, dan melakukan sujud sahwi," terang Ustadz Fauzan Amin.

Perlu diingat bahwa hukum sujud sahwi adalah sunah, bukan wajib. Oleh karena itu, Anda tak perlu risau akan kesahihan salat tanpa sujud sahwi sebagai keterangan Syekh Said M Ba’asyin berikut ini:

ولم يجب لأنه لم ينب عن واجب بخلاف جبرانات الحج. وإنما يسن بأحد ثلاثة أسباب بل خمسة: ترك بعض، ونقل قولي غير مبطل، وزيادة فعل يبطل عمده فقط، والشك في ترك بعض، وإيقاع فعل مع التردد في زيادته

Artinya, “Sujud sahwi tidak wajib karena ia tidak menggantikan sesuatu yang wajib, lain soal untuk menambal kekurangan pada haji. Sujud sahwi disunahkan karena tiga sebab, bahkan lima sebab, yaitu meninggalkan sunah ab‘adh, memindahkan rukun qauli yang tidak sampai membatalkan, menambahkan rukun fi’li yang jika dilakukan sengaja dapat membatalkan, ragu dalam meninggalkan sunah ab‘adh, melakukan fi’li disertai kebimbangan dalam menambahkannya,” (Lihat Syekh Said M Ba’asyin, Busyral Karim, [Beirut: Darul Fikr, 2012 H/1433-1434 M], juz I, halaman 234).

(Dyah Ratna Meta Novia)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Telusuri berita muslim lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement