Perayaan Hari Santri Nasional 2019 dilaksanakan di Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia), Parung, Bogor, Jawa Barat.
Perayaan Hari Santri Nasional ini sekaligus meresmikan penggunaan Kampus Unusia. Acara ini dihadiri Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH. Said Aqil Siradj dan Wakil Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Sugianto Kusuma. Kegiatan ini juga dihadiri para tokoh NU, dan relawan Tzu Chi lainnya.

Pembangunan Kampus Unusia dimulai sejak setahun lalu tepatnya 9 Oktober 2018. Kampus seluas 6.300 meter persegi ini dibangun dalam empat lantai, terdiri dari 46 ruang kelas belajar, perpustakaan, musala, ruang rapat, dan gedung serbaguna. Kampus ini diperkirakan dapat menampung 1.050 mahasiswa.
Studi yang diselenggarakan di Unusia antara lain argo industri, IT, ekonomi Islam, dan lainnya. Pembangunan Kampus Unusia merupakan wujud kerja sama Tzu Chi dengan PBNU dalam bidang pendidikan, kesehatan, kemanusiaan, pelestarian lingkungan, serta pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Mou antara PBNU dan Tzu Chi ditandatangani oleh Ketua Umum PBNU KH. Said Aqil Siradj dan Wakil Ketua Tzu Chi Indonesia Sugianto Kusuma pada 4 Juni 2018.
Sejatinya hubungan baik antara Tzu Chi dengan NU dimulai sejak 2015. Saat itu Tzu Chi diundang untuk memperkenalkan visi dan misinya.
Tiga tahun berselang, Ketua dan Pengurus PBNU berkunjung ke Tzu Chi Center Jakarta untuk mengenal Tzu Chi lebih dalam. Sebulan kemudian, Ketua dan Pengurus PBNU berkunjung ke Hualien, Taiwan dan bertemu dengan pendiri Tzu Chi, Master Cheng Yen.
Dari sini hubungan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) kian rekat dan hangat.
Saat bertemu dengan Master Cheng Yen, Kiai Said Aqil Siradj mengatakan, ia berharap dapat seperti Tzu Chi, menciptakan kedamaian di masyarakat, juga bekerja sama dengan Tzu Chi dalam mewujudkan hal-hal yang bermanfaat bagi masyarakat Indonesia.
Master Cheng Yen menyambut hangat hal ini. Ia mengatakan, Tzu Chi sudah berada di Indonesia selama 20 tahun lebih.
“Saya berterima kasih kepada masyarakat Indonesia yang menerima Tzu Chi dengan penuh toleransi. Agama Islam adalah agama yang mendunia, dan Tzu Chi juga selalu bekerja sama dengan umat Islam di banyak tempat,” ujar Cheng Yen.
Sementara itu, Rektor Unusia Profesor Maksum mengatakan, ia berharap Program Studi S3 Islam Nusantara bisa memberikan dampak positif, terutama dalam urusan perdamaian, toleransi, kebangsaan, keberagaman, dan kemasyarakatan.
“Islam Nusantara itu menyatu pada lokalitas dan budaya. Apabila menyatu, pasti akan memberikan kedamaian,” terang Maksum.
(Dyah Ratna Meta Novia)