Pengasuh Pondok Pesantren Sukorejo, KHR. Ahmad Azaim Ibrahimy yang akrab disapa Kiai Azaim mengakui bahwa ia merasakan nikmat hidup karena lahir dan besar dengan menghirup akidah Ahlusunnah Waljamaah ala NU.
Kiai Azaim mengatakan, “Kami minum dari Ahlusunnah Waljamah melalui guru-guru kami, orangtua kami, datuk kami, orang-orang diwasilahkan oleh kanjeng Nabi Muhammad SAW yaitu melalui Jami’iyah Nahdlatil Ulama.”

Beliau menekankan pentingnya untuk mengetahui proses perjalanan cahaya Islam hingga ke Nusantara. Baginda Nabi Muhammad SAW adalah cahaya sehingga sangat akrab di telinga kita lantunan Antasyamsum Anta Badrun Anta Nurun Fauqo Nuri.
“Ajaran Baginda Rasulullah yang dibawa adalah cahaya. Selama 23 tahun berjuang membawa cahaya Islam,” terang Kiai Azaim.
Kiai Azaim menambahkan, Alquran adalah cahaya. Islam secara keseluruhan ajarannya adalah cahaya seperti salat, puasa, zakat, haji, bahkan kelak di akhir kiamat ada golongan yang disebut dengan Durril Muhajjalina yang bercahaya.
Artinya para penghuni surga wajahnya bercahaya, kedua tangan hingga siku, min ashari al wudhlu sebagai tanda orang yang ahli ibadah.
Maka tidak heran apabila syafaat Alquran dan salawat itu berwujud Cahaya. Mampu menerangi dan menemani hingga zaman akhir.
“Semoga kita lolos dan lulus dalam perjalanan panjang nanti,” ujar kiai Azaim.
Cahaya Alquran dan salawat itu tidak bisa padam walau melintas zaman sekalipun. Sebagai bukti kita bisa merasakannya sendiri.
Zaman dahulu Nabi Muhammad menanamkan cahaya itu di dada sahabat, Sayyidina Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Tholib dan seluruh sahabat, dari generasi ke generasi.
Lalu cahaya itu diwariskan kepada tabiin, wali, ulama hingga akhirnya sampai di nusantara melalui para kekasih Allah. Siapa dia tentu orang pilihan yang ditunjuk untuk menyampai risalah-risalah cahaya.
Sebagai bukti nyata, terang Kiai Azaim, risalah cahaya itu terjadi pada Sayyid Ahmad Rahmatullah yang dikenal dengan Sunan Ampel. Pada saat mondok di Madinah, beliau mendapatkan kharomah dari Allah untuk berjumpa dengan Kanjeng Nabi Muhammad SAW.
"Saat kita berbicara tentang karomah, tentu kita adalah orang-orang yang yakin dengan karomah," ujarnya.
Seperti dilansir dari NUDepok.com, kembali pada cerita dialog antara Kanjeng Nabi Muhammad dengan Sunan Ampel. Kita tahu dan tidak meragukan nasab atau silsilah Sunan Ampel bersambung kepada Nabi Muhammad SAW.
Beliau mewasiatkan, wahai anakku atau cucuku sampaikan Islam yang aku ajarkan ini sebagaimana aku ajarkan kepada sahabat Ma’ana Was Ashhabi Ahlusunnah Wal Jamaah sampaikan ke Nusantara.
Dalam riwayat Mbah As’ad (KHR. As’ad Syamsul Arifin) menyebutnya Indonesia. Benar dan tidaknya apakah ini terjemahan dari kata Nusantara lalu disebut dengan nama Indonesia. Ataukah itu ucapan dari lisan Nabi yang menyampaikan kepada Sunan Ampel. Hanya Allah yang tahu.
Namun Jika benar, kata Indonesia berarti sudah diketahui oleh Baginda Nabi Muhammad SAW hingga akhirnya Islam disebarkan ke Nusantara.
(Dyah Ratna Meta Novia)