Kedua, menundukkan pandangan akan menyalakan cahaya dan gemerlap di dalam hati, yang terpancar lewat mata, wajah, dan tubuh. Sedangkan melepaskannya dapat mengakibatkan kegelapan yang terlihat pada wajah dan tubuh. Karena itu, Allah SWT berfirman:
"Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi",. (QS an-Nür, 24:35).
Ayat ini adalah kelanjutan dari firman Allah SWT:
"Katakanlah kepada orang menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya,." (QS an-Nür, 24:30).
Ketiga, menundukkan pandangan dapat menimbulkan firasat yang benar. Jika hati bersinar, maka firasat akan benar, karena ia seperti cermin yang dipandang.
Berkata Syuja' Karmany: "Siapa yang menyuburkan lahirnya dengan mengikuti sunah, dan batinnya dengan perasaan diawasi Allah SWT (muraqabah), selalu menundukkan pandangannya dari hal-hal yang terlarang, menahan dirinya dari syahwat, dan makan yang halal, niscaya firasatnya tidak akan pernah keliru."
Keempat: menundukkan pandangan akan membuka jalan-jalan dan pintu-pintu ilmu, dan memudahkan sebab-sebabnya. Hal ini disebabkan oleh cahaya hati. Karena jika hati bersinar, maka akan nampaklah di dalamnya berbagai hakikat informasi, dan tersingkaplah dengan cepat kepadanya, lalu menembus ke berbagai sisi. Siapa yang melepaskan pandangannya, maka hatinya akan keruh dan gelap, maka tertutuplah pintu ilmu dan jalan-jalannya baginya.
Kelima: menundukkan pandangan memberikan kekuatan hati, keteguhan, dan keberanian yang menjadikan seseorang memiliki kekuatan pandangan hati dan hujah. Di dalam atsar dikatakan bahwa orang yang menentang hawa nafsunya, maka setan akan berpisah dari bayangannya. Karena itu, pada orang yang mengikuti hawan nafsunya akan ditemukan kerendahan hati serta kehinaan diri, yang dijadikan Allah SWT kepada orang yang lebih memprioritaskan hawa nafsunya dari keridoan-Nya.
Al-Hasan berkata: "Mereka adalah meski ada baghal yang berjalan cepat bersama mereka, dan kuda perang yang berderap, jika ada kehinaan maksiat di dalam hati mereka, maka Allah SWT akan merendahkan orang yang bermaksiat kepada mereka."
(Abu Sahma Pane)