Mendengar itu Gus Dur tidak bisa menahan tawanya. Tak lupa ia menjelaskan kepada jamaah agar mengamini doanya saja meski ia hanya bersarung tanpa mengenakan sorban.
(Baca Juga : Viral Hadist Nabi Dikaitkan Asteroid Tabrak Bumi pada 15 Ramadhan? Ini Penjelasannya)
Hikmah kisah ini sangat relevan menggambarkan situasi saat ini, ketika masyarakat Indonesia banyak yang terjebak dengan simbol agama. Pemakaian sorban, gamis maupun beragam jenis pakaian kearab-araban selalu lekat dengan kesan kesalehan.
Simbol lahiriah tadi mengalahkan makna batiniah dalam melaksanakan syariat agama Islam. Gus Dur ingin menunjukkan sikap sebagai umat beragama harus melaksanakan ikhtiar lahiriah dan mengetahui makna batiniahnya secara adil. Bukan hanya fisik yang dilihat, tapi hati dan perbuatan seseorang yang menjadi patokan dalam kehidupan sosial bermasyarakat.
*Diadaptasi dari buku Gus Dur Menertawakan NU karya Islahuddin (2010)
(Muhammad Saifullah )